Headlines News :
Home » » Sulitnya Mendata "Manusia Iva" Danau Sentani

Sulitnya Mendata "Manusia Iva" Danau Sentani

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, June 08, 2010 | 10:31 AM

Dalam sebulan terakhir sudah puluhan kali Justin (43) mengarungi perairan Danau Sentani di Kabupaten Jayapura, Papua. Tugasnya tak mudah, ia harus mendata sekitar 2.000 ”manusia iva” yang hidup tersebar di gugusan pulau kecil di sekeliling danau itu. Perahu kecil menjadi satu-satunya alat transportasi petugas sensus penduduk Badan Pusat Statistik tersebut.

Iva dalam bahasa Sentani adalah sebutan untuk perahu atau sampan kecil yang digunakan kaum pria. Perahu kecil untuk wanita dinamakan hayi. Sebagai kelompok masyarakat yang hidup di sekitar danau, keseharian warga digantungkan pada kekayaan alam sekitar.
Kendati hanya berjarak sekitar 30 kilometer dari tepi barat pusat Kota Jayapura, kebanyakan penduduk di kawasan danau itu masih bertahan hidup dengan meramu hutan, seperti menangkap ikan dan mengolah sagu. Terkadang kaum prianya mencari ikan hingga sehari semalam dengan menggunakan iva masing-masing. Kondisi yang demikian menjadi salah satu kendala dalam pendataan.

”Untuk menjangkau pulau terjauh di Danau Sentani butuh waktu sampai enam jam. Setelah sampai di tujuan, banyak rumah yang kosong karena kaum lelakinya pergi mencari ikan,” keluh Justin, yang juga penduduk asli Sentani Timur.

Itulah sebabnya, pendataan penduduk di rumah-rumah yang sebagian terapung di danau tersebut agak keteteran. Seperti halnya saat mendata Ortiz Ongge (28), warga Kampung Putali Desa Ebungfaw.

Pada pendataan pertama, Ortiz sedang bermalam di Kampung Harapan, yang juga berada di kawasan Danau Sentani, karena seharian mencari ikan. Namun, ia tidak mau didata di kampung itu karena merasa menjadi warga Kampung Putali.

”Saya hanya mau didata di sini (Putali). Ini tanah kelahiran saya,” ujarnya saat diwawancara petugas BPS Papua yang melakukan penyisiran ulang Sensus Penduduk (SP) 2010 di sejumlah lokasi di wilayah Papua, termasuk Sentani, 2 Juni lalu.

Penyisiran tersebut menjadi bagian dari penyempurnaan data sensus di sejumlah wilayah yang diindikasikan belum valid. Penyisiran ulang di Sentani, Rabu itu, dipimpin langsung oleh Kepala BPS Papua Djarot Soedanto.

Dalam penyisiran ulang tersebut diketahui terdapat sejumlah warga yang ternyata belum terdata. Mereka tersebar di Kampung Yobe, Hompolo, Yahim, Ifale, Asei, Dondai, Yoboy, Ayapo, Yahim, Puay, Yoka, Yahim, Doyo, Babrongko, Hobong, Sere, Atamali, Kwadware, Rebali, Neta/Nendali, Yakonde, Waena, Putali, Sosiri, dan Doyo Baru.

Untuk mempermudah penyisiran penduduk, satuan tugas dibagi dalam tiga tim yang sama-sama berangkat dari kawasan wisata Kalkote Danau Sentani. Satu tim menyisir dari arah barat danau, satu tim ke arah utara, dan satu tim ke arah timur. Mereka menggunakan tiga perahu yang disewa dari penduduk Rp 1 juta per unit.

Bahasa juga menjadi salah satu kendala dalam berkomunikasi antara petugas BPS dan warga. Bahkan, Justin yang notabene penduduk setempat tak memahami semua bahasa yang ada di kawasan Sentani. Maklum, di danau seluas 9.500 hektar itu ada 22 suku dengan budaya dan bahasa yang berbeda-beda.

Uang merah

Meski tak mengenal istilah sensus, kebanyakan manusia iva sudah memahami pentingnya pendataan pemerintah. Bukan untuk kepentingan pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) atau pengurusan administrasi lainnya, melainkan jaminan mendapat bantuan dari pemerintah, partai politik, dan bakal calon pejabat daerah atau bakal calon wakil rakyat.

”Kalau tidak masuk data, biasanya tidak mendapat jatah bantuan, seperti beras, mi instan, atau uang merah (sebutan untuk uang seratus ribu),” tutur Orgenez polos.

Bantuan dari pemerintah, seperti beras dan mi instan, menjadi penopang hidup mereka. Ini yang menyebabkan setiap kedatangan warga asing, terutama dengan pakaian dinas, seperti yang dikenakan petugas BPS, selalu disambut anak-anak. ”Kakak bawa mikah??” demikian sapa Meifa (12), anak Kampung Atamali, saat perahu motor yang disewa BPS merapat ke kampungnya.

Menurut Djarot Soedanto, saat ini data penduduk yang sudah masuk ke BPS provinsi sekitar 93 persen. Tentu saja harapan manusia-manusia iva, seperti penduduk Papua lainnya, pendataan tersebut tak sebatas kepentingan politis. (Gregorius Magnus Finesso)
Sumber: Kompas, 8 Juni 2010 Ket foto: Tiga bocah bermain di rumahnya di Kampung Atamali, Distrik Ebungfaw, yang berada di kawa san Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu (2/6).
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger