Headlines News :
Home » » Menentukan Pemimpin Lembata

Menentukan Pemimpin Lembata

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, July 26, 2011 | 3:35 PM


Oleh Karolus Kia Burin
mantan wartawan, tinggal di Lembata

Rakyat Lembata kini menanti detik-detik yang mendebarkan menjelang Pemilu Kada Lembata “Putaran Kedua”. Jadwal Pemilu Kada Putaran Kedua telah dipastikan KPUD Lembata berlangsung pada hari Rabu, 27 Juli 2011. Antusiasme dan kerinduan rakyat Lembata untuk secepatnya memiliki pemimpin tentu bukan tanpa alasan yang jelas.

Duet kepemimpinan Bupati, Drs. Andreas Duli Manuk dan Wakil Bupati Drs. Andreas Nula Liliweri, dikenal dengan Paket AMAL, yang diusung partai besar dan partai pemenang Golkar di Kabupaten Lembata kelak berakhir dan hanya tinggal menghitung hari. Dan, pada Kamis, 4 Agustus 2011, merupakan hari bersejarah penyerahan tongkat estafet kepemimpinan (baca: pelantikan) itu kepada kadernya untuk melanjutkan pembangunan di Lembata.

Sejak kepemimpinan perdana, pasca otonomi Lembata, duet “Pemimpin Perdana” Drs. Andreas Duli Manuk-Ir. Felix Kobun (alm) sampai paket Amal, patutlah diakui telah merintis dan meletakkan dasar-dasar pembangunan dan sistem pemerintahan serta format pelayanan kemasyarakatan yang menyentuh hati rakyat. Selama 10 (sepuluh) tahun kepemimpinan para pemimpin ini selalu dalam bingkai kepemimpinan kemitraan bersama legislatif (baca: pemerintahan daerah-eksekutif-legislatif), dapat dipastikan banyak perjuangan dan pengorbanan untuk membangun kesejahteran rakyat, peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), dan pembangunan infrastruktur: air, jalan dan listrik (Ajal) yang kini dinikmati rakyat Lembata. Namun demikian, tentu upaya-upaya untuk mencapai sukses pembangunan daerah ini tanpa kendala dan hambatan.

Sebagai manusia dan sekaligus masyarakat Lembata serta elite politik, tidak ada salahnya juga untuk berpikir positif (positive thingking) bahwa kepemimpinan masa lalu telah berbuat banyak dan sukses pada zamannya dan karena itu patut dihargai sesuai dengan amal baktinya bagi negeri dan daerah ini. Tetapi, bukan berarti kemajuan dan sukses itu tanpa kegagalan. Pemimpin itu juga manusia biasa dan tidak sempurna. Lantas, apakah tega nian, secuil kegagalan kolektif itu dibesar-besarkan dan bahkan menghujat para pemimpin perdana?

Menjadi seorang pemimpin sejati, tidak pantas membesar-besarkan kegagalan dan permasalahan pembangunan serta melupakan sukses dan prestasi yang telah ditorehkan para pemimpin pendahulu.

Tetapi, justru sebaliknya bersikap arif dan bijaksana menawarkan solusi atas kegagalan dan permasalahan pembangunan yang dihadapi, melanjutkan apa yang telah dirintis, memperbaiki apa yang kurang, dan meningkatkan prestasi yang sudah diukir oleh pemimpin sebelumnya. Janganlah menceraiberaikan tatanan budaya “Lamaholot” dan mememecah-belah semangat persatuan,dan kekeluargaan yang telah terbina selama ini. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimpin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting.

Misalnya, pemimpin berkharisma, pandangan ke depan, daya persuasi dan intensitas. Itu teori, tapi kita butuhkan dalam praksis kepemimpinan. Semakin lengkap gaya dan ciri kepemimpinan seseorang tentu semakin mendekati harapan rakyat atas sebuah kepemimpinan paripurna. Yang jelas, rakyat Lembata kini sedang menanti waktu yang tepat untuk menentukan pilihan politiknya atas pemimpin yang mereka cintai dan harapkan.

Banyak sekali konsep, gaya dan ciri kepemimpinan. Namun, salah satu konsep kepemimpinan yang ditawarkan oleh praktisi manajemen di Amerika adalah konsep SERVE yang dalam bahasa Indonesia berarti: MELAYANI. Konsep utamanya ialah bahwa apapun jabatan atau kedudukan formalnya, orang-orang yang ingin menjadi pemimpin besar harus mempunyai sikap “melayani orang lain”. Pemimpin harus bisa melihat masa depan (See the Future).

Artinya, ia bersedia dan sanggup membantu orang-orang melangkah dan mencapai tujuan. Pemimpin harus “libatkan dan kembangkan orang lain” (Engange and Develop Others). Ia harus memilih orang yang tepat untuk tugas yang tepat. Artinya, dia mempunyai pemain-pemain yang tepat dalam suatu tim.

Pemimpin juga harus kreatif, “menemukan kembali terus menerus” (Reivent Continuously). Ia juga harus belajar terus menerus jadi seorang pemimpin dan mendorong orang lain serupa agar kepemimpinan menjadi semakin efisien dan efektif. Pemimpin juga harus “menghargai hasil dan hubungan” (Value Results and Relationship). Nilai itu akan menuntun perilaku pemimpin dan menjamin keberhasilan. Dan, yang tak kalah pentingnya, “mewujudkan nilai” (embody the values). Ini hal mendasar dan berlangsung terus menerus.

Kalau kita kehilangankredibilitas sebagai pemimpin,potensi kepemimpinan kita akan sangat terbatas. Pemimpin harus melakukan lebih dari sekadar merumuskan nilai-nilai. Tidak boleh hanya mengucapkannya, tapi harus memperlihatkannya. Ciri kepemimpin yang diuraikan secara gamblang di atas mungkin saja sekadar referensi yang bersifat teoritis.

Tetapi, yang jelas, semua kepemimpinan sejati dibangun di atas kepercayaan. Salah satu adalah hidup konsisten dengan nilai-nilai yang kita akui, terutama kepemimpinan berbudaya Lamaholot yang berjiwa merangkul dan mempersatukan. Akhirnya, bagi para pemimpin yang memimpin dengan tidak didasarkan pada kekuasaan atau jabatan sebaliknya, kepemimpinan yang lahir dari hati yang melayani, maka merekalah ilham bagi semua orang dan bagi calon pemimpin masa depan.

Rakyat Lembata, kini sedang bersiap menentukan pilihan politiknya. Siapakah yang paling pantas dan berpeluang memimpin Lembata lima tahun ke depan. Sebab, tidak mungkin treck record pengalaman, prestasi, gaya kepemimpinan kedua paket pemimpin ini sama persis.

Tentu ada perbedaan dan perbandingan. Penilaian atas paket mana yang memiliki nilai lebih kepemimpin tentu kita kembalikan kepada rakyat Lembata sendiri yang menentukan pilihannya sesuai hati nuraninya. Pemilih cerdas tentu sangat mudah menentukan siapakah pemimpin Lembata yang pas untuk memimpin Kabupaten “Lomblen’ dengan sembilan kecamatan ini. Kini tinggal dua paket pemimpin. Yakni, Paket TITEN: Herman Wutun-Viktus Murin dan Paket Lembata Baru: Yance Sunur-Viktor Mado Watun.

Pemilu Kada putaran pertama, Paket Titen meraih suara terbanyak, yakni 15.101 atau 26,4% dan Lembata Baru berada di peringkat kedua yakni 13.083 suara atau 22,9%. Silahkan rakyat menentukan pilihan politik karena rakyatlah penentu kemenangan. Kemenangan Titen atau Lembata Baru sangat ditentukan oleh SUARA RAKYAT. Vox Populi Vox Dei. Benarkah suara rakyat identik dengan suara Tuhan?

Slogan ini berasal dari bahasa Latin: Vox Populi (the voice of the people/Suara Rakyat). Versi panjangnya adalah Vox Populi Vox Dei (the voice of the people (is) the voice of God - Suara Rakyat adalah Suara Tuhan). Secara rasio cukup benar, artinya Tuhan itu hadir di mana-mana dan tentu juga dalam masyarakat, kehendak rakyat melalui pemilu/referendum haruslah didengar dan dilaksanakan pemimpin karena itu adalah amanah.

Untuk meraih suara terbanyak yang adalah Suara Tuhan, tentu saja harus dibarengi dengan kerja keras dan strategi politik yang jitu dalam semangat kesantunan berpolitik yang menyentuh hati rakyat. Pemimpin harus menjadi “garam dan terang’ sekaligus punya kharisma mempersatukan masyarakat Lembata. Itulah kerinduan rakyat Lembata.
Sumber: Pos Kupang, 26 Juli 2011

SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger