Deklarator Komite Pengawas KPK
Belakangan ini Komisi Pemberantasan Korupsi sangat
sibuk mengurusi ibu-ibu yang terlibat korupsi. Mulai dari Ibu Nunun, Ibu Rosa,
Ibu Wa Ode, Ibu Miranda, Ibu Laila, Ibu Neneng, dan terakhir Ibu Angelina
Sondakh atau biasa dipanggil Angie yang akhirnya ditahan di Rutan KPK.
Penahanan Angelina Sondakh sendiri menunjukkan bahwa
teori bubur panas mulai berproses di KPK. Bubur panas itu diciptakan Abraham
Samad sebelum menjadi Ketua KPK dalam sebuah janji yang sangat meyakinkan.
Janji yang memukau publik. Janji tentang sebuah komitmen bahwa Abraham akan
bekerja keras untuk mengungkap kasus-kasus korupsi besar dalam setahun
kepemimpinannya di KPK.
Dalam janjinya, Abraham menegaskan, jika tidak mampu
menuntaskan kasus-kasus korupsi besar ia akan mundur sebagai Ketua KPK dan
pulang kampung. Janji ini menjadi ikatan moral antara Abraham dan publik. Janji
ini menjadi bubur panas yang terus mendidih sepanjang kepemimpinan Abraham pada
tahun pertama.
Bubur panas ini terlihat mulai mendidih pada 100 hari
kepemimpinan Abraham. Saat itu publik belum melihat tanda-tanda Ketua KPK ini
bakal mewujudkan janjinya. Bahkan, tanda-tanda KPK akan berlari cepat pun tidak
terlihat sama sekali. Padahal, jika situasinya tetap seperti ini, publik pasti
akan menuntut. Artinya, Abraham harus bersiap mundur dan pulang kampung sesuai
janjinya.
Ternyata, Jumat (27/4), setelah 130 hari memimpin KPK,
Abraham mulai memperlihatkan tanda-tanda akan merealisasikan janjinya. Angie
yang sudah tiga bulan menjadi tersangka akhirnya ditahan KPK. Ibarat makan
bubur panas, Abraham bersikap sangat hati-hati, baik dalam merealisasikan
janjinya maupun untuk menahan Angie. Ia perlahan kemudian menyantap dari bagian
tepi untuk masuk ke bagian tengah.
Taring KPK
Ada tiga hal strategis yang diraih Abraham dari
penahanan Angelina Sondakh. Pertama, Abraham dapat menunjukkan kepada publik
bahwa ia mulai merealisasikan janjinya.
Kedua, Abraham bisa membuktikan, walaupun Angie adalah
Wakil Sekjen Partai Demokrat, tetap saja dapat dijebloskan ke sel tahanan. Dengan
ditahannya Angie, otomatis meruntuhkan tudingan publik bahwa Abraham lamban
berlari karena ada indikasi keberpihakan terhadap partai penguasa, Partai
Demokrat, yang mendukungnya secara penuh dalam pemilihan Ketua KPK beberapa
waktu lalu. Tudingan keberpihakan itu muncul akibat sikap KPK yang terlalu
lamban dalam memproses dan menangkap figur-figur yang dekat dengan kekuasaan
meski sejumlah saksi sudah menyebut-nyebut keterlibatan mereka dalam sejumlah
kasus korupsi.
Ketiga, melalui penahanan Angie, Abraham sepertinya
akan masuk ke wilayah tengah untuk membereskan kasus wisma atlet SEA Games yang
disebut-sebut melibatkan ketua besar dan bos besar.
Dengan ditahannya Angelina Sondakh, tentu diharapkan
ia akan buka suara lebih nyaring tentang keterlibatan ketua besar dan bos
besar. Bagaimanapun, Angie pasti tidak akan sudi dikorbankan sendiri. Strategi
ini akan membuat teori bubur panas lebih cepat berproses. Abraham pun lebih
mudah masuk ke tengah untuk mengungkap serta menangkap siapa ketua besar
ataupun bos besar untuk kemudian membawanya ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor).
Untuk mencapai target ini, Abraham memang tak bisa
bekerja sendiri. Keberaniannya berjanji kepada publik adalah modal, tetapi
modal ini perlu dukungan para koleganya. Perlu soliditas KPK. Hanya dengan
soliditas unsur pimpinan KPK Abraham dapat menerapkan strategi jitu untuk
mempertajam taring KPK, terutama untuk mengungkap ketua besar dan bos besar
dalam kasus wisma atlet.
Taring KPK yang tajam harus diarahkan Abraham untuk
mengungkap aliran dana dan membongkar kejahatan korporasi serta pencucian uang
di balik kasus wisma atlet. Selain itu, Abraham harus pula mengantisipasi
serangan balik dari Partai Demokrat. Indikasinya sudah terlihat dari adanya
rencana Partai Demokrat untuk menyiapkan tim pengacara bagi Angie. Padahal,
dalam kasus Nazaruddin, Partai Demokrat cuek bebek.
Kasus korupsi wisma atlet merupakan uji coba bagi
Abraham untuk membongkar kasus-kasus korupsi besar lainnya, seperti kasus
Century. Jika Abraham gagal dalam mengungkap kasus wisma atlet, akan sangat
sulit berharap bahwa KPK mampu membongkar kasus Century.
100 Hari
Setelah menahan Angie, publik berharap Abraham berlari
lebih cepat, terutama dalam 100 hari ke depan. Dengan begitu, Abraham bisa
merealisasikan janjinya dan janji tersebut tidak menjadi bubur panas yang terus
mendidih. Sebab, dalam 100 hari kepemimpinannya terdahulu, Abraham tampil
mengecewakan.
Alhasil, publik kian meragukan keseriusan KPK dalam
memberantas korupsi dan menghukum koruptor seberat-beratnya. Sejumlah kepala
daerah yang terlibat korupsi malah dibebaskan oleh Pengadilan Tipikor. Kalaupun
ada yang dihukum, vonisnya sangat rendah. Berbagai fakta ini menunjukkan KPK
masih belum profesional dalam melakukan penyidikan ataupun membuat berkas
tuntutan.
Ketidakprofesionalan KPK terlihat pula dalam menangani
kasus Nazaruddin dan Nunun Nurbaeti. Keduanya sempat kabur ke luar negeri,
tetapi fakta tersebut seakan tak jadi pertimbangan untuk memperberat hukuman
mereka. Berkas perkaranya tidak maksimal. Akhirnya, Nazaruddin hanya divonis 4
tahun 10 bulan dan Nunun hanya dituntut empat tahun penjara.
Perlu Langkah Besar
Dalam 100 hari kepemimpinan Abraham, proses hukum
terhadap figur-figur yang dekat dengan penguasa berjalan sangat lamban.
Sebaliknya, figur-figur yang tidak punya jalur kepada kekuasaan bisa dengan
cepat diproses dan ditahan KPK. Setidaknya hal ini terlihat dalam kasus Wa Ode
Nurhayati.
Belakangan KPK malah terlihat mengalihkan perhatian
publik pada kasus-kasus korupsi di daerah, yang jumlah kerugiannya tidak
signifikan. Padahal, ada enam kasus korupsi besar di depan mata KPK yang siap
ditangani, seperti kasus Gayus Tambunan yang menyangkut perwira tinggi Polri,
kasus Bank Century, kasus wisma atlet SEA Games, kasus Hambalang, kasus dugaan
mafia anggaran DPR, dan kasus cek pelawat yang menyangkut penyandang dananya.
Hari-hari buruk dalam 100 hari kepemimpinan Abraham
ini bisa dipahami sebagai tahap pembelajaran, tahap orientasi dan konsolidasi.
Diharapkan 100 hari ke depan proses orientasi dan konsolidasi ini sudah menuai
hasil. Penahanan Angie yang secara spontan membangun kepercayaan publik
terhadap Abraham dan KPK harus dijadikan momentum.
Dengan adanya kepercayaan publik, akan sangat mudah
bagi Abraham untuk membongkar kasus-kasus korupsi besar sekaligus akan sangat
mudah pula bagi Abraham menuntaskan janji besarnya. Namun, semua ini tentu saja
perlu langkah besar dengan tindakan besar. Hanya dengan langkah dan tindakan
besar Abraham Samad tidak dicap atau dituding sekadar sebagai si mulut besar
yang kemudian terkubur dalam bubur panas yang ia ciptakan sendiri.
Sumber: Kompas,
11 Mei 2012

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!