Gelanggang Olahraga
(GOR) Jakarta Timur, Minggu (20/5 2012), tampak meriah. Di tempat ini
hadir lebih dari dari 1.500-an umat katolik asal Paroki Lerek, Pulau
Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berdiam di Jabodetabek (Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi).
Mereka
sejak minggu pagi, berbondong-bondong datang mengikuti perayaan misa
syukur untuk memaknai perjalanan imamat 50 tahun Pater Nicholas Strawn SVD
sekaligus menghormati pengabdian pastor kelahiran Iowa, Amerika Serikat, 24
September 1934, ini bagi umat di Paroki Lerek dan Boto Lembata.
“Kami datang jauh-jauh dari
Bogor, karena kami ingat jasa Pastor Niko. Dia mempunyai karisma yang
luar biasa. Banyak perbuatan untuk perkembangan dan kemajuan umat katolik
di Lerek. Dia sudah jadi orang Lembata-kah,” ujar Ina, ibu rumah tangga yang
mengaku datang dari Bogor dengan menggunakan angkutan umum.
Perayaan misa yang dipimpin
oleh delapan imam itu, dihadiri juga oleh tokoh-tokoh masyarakat Lembata,
di Jabodetabek, di antaranya Petrus Bala Pattyona, Boli Rebong, Anton
Tifaona, Yosef Pito Tolok, Paulus Doni Ruing, Yance Kia Poli, dan tokoh adat
Lembata Jakarta Leo Lewo Tolok serta undangan lainnya.
Selain perayaan misa syukur
konselebrasi inkulturatif ala Lembata, acara ini juga diisi dengan
aneka acara bernuansa budaya masyarakat Atadei Lembata dan berbagai
pentas budaya. Salah satunya adalah tari Hamang yang dibawakan oleh kelompok Seniman
Lembata Cipayung, Jakarta Timur.
Perayaan yang melibatkan
ribuan orang asal Paroki Lerek di Jabotabek ini, menurut Tokoh Masyarakat
Lembata Jakarta Boli Rebong, sebagai bentuk kebanggaan dan rasa cinta mereka
untuk jasa Pater Niko.
“Apa yang kita buat ini tidak seberapa bila dibandingkan
dengan jasa Pater Niko untuk umat katolik Lembata khususnya di Paroki Lerek,“ ujar
Boli dalam sambutannya.
Senada dengan Boli, Wakil
Ketua Panitia Perayaan Pesta Emas P. Nico Strawn SVD di Jakarta, Theo Ledjab
mengatakan, berbondong-bondongnya orang datang ke perayaan ini karena sosok
Pater Niko yang luar biasa.
“Ini ungkapan cinta yang
mendalam dari umat kepada Pater Niko yang telah menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk melayani umat di Paroki Lerek dan juga di paroki yang lain
di Lembata,” ujarnya penuh kagum.
Pastor Yoseph Tote OFM dalam
kotbahnya menyampaikan kesan yang mendalam soal perjalanan imamat Pater Niko.
Menurutnya di Paroki Lerek sudah banyak yang masuk seminari tapi tidak sedikit
yang putus di tengah jalan. Begitu juga dengan yang imam yang keluar. Sementara
Pater Niko bisa bertahan hingga 50 tahun saat ini. “Kita begitu banyak
mengalami kebaikan dari perbuatan Pater Niko,” ujarnya.
Pater Niko begitu mencintai
Lembata. Sebagai bentuk pengabdiannya di Lembata dapat terlihat dari sebuah
poster ukuran besar yang bertuliskan “Aku Ingin Tanam Kaki di Lembata
sampai Amin”.
Dalam sambutannya, Pater
Niko mengatakan, sudah puluhan tahun dirinya bertugas di Lembata
sebagai misionaris, mengalami banyak peristiwa. Selama 24 Tahun bertugas di
Paroki Lerek dan 17 tahun di Paroki Boto merasa sikap persaudaraan yang luar
biasa. “Semua Bersatu di Bawah Kristus,” ujarnya.
Melihat sosok Pater
Niko banyak orang berdecak kagum. Apalagi dari foto di waktu mudahnya yang
terlihat ganteng dan apik. Namun dibalik kesempurnaan fisik yang dimilikinya
itu, ia tampak begitu lembut, damai bersahaja, selalu senyum, ramah dan
sangat bersahabat serta selalu tampil tenang.
Perjalanan Pater Niko hingga
sampai di tanah Lerek memilih kisah panjang dan berliku. Pastor kelahiran 78
tahun lalu ini, masa kecilnya disapa Nicky. Masuk seminari adalah kebetulan.
Diawali dari SDK yang diasuh oleh para suster dari Kongregasi “The
Sisters of Mercy”. Kemudian saat menginjak bangku kelas IV SD, Nicky mulai
tertarik untuk menjadi imam.
Pater Nicholas Strawn SVD
kecil merupakan anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Lone
David Strawn berdarah Inggris (Wales) dan Loreta Bauer yang
berdarah Jerman.
Tamat dari SD, Nicky
masuk Seminari Menengah Ephworth, Iowa USA. Setelah empat tahun belajar.
Kemudian tahun 1952-1954 ia masuk di Tachny, Illinois. Setelah
menjadi Frater, Nicky Strawn kemudian mengikrarkan kaul pertama dan
resmi menjadi anggota Societas Verbi Divini (SVD).
Selama dua tahun Frater, ia
menyelesaikan program SMA-College, setahun di Ephworth dan setahun
di Michigan. Studi filsafat dan teologinya berlangsung dari tahun 1956
hingga 1962 di Seminari Tinggi SVD di Techny.
Pada 2 Februari 1962, Diakon
Nicky Strawn menerima tahbisan imam bersama 18 teman lainnya di Techny. Imam
baru Pater Nicolaus Strawn,SVD memilih motto imamatnya: Semuanya Bersatu di Bawah Kristus.
Pada tanggal 20 Oktober 1963,
saat berusia 28 tahun misionaris muda Nicholas Strawn,SVD bertolak dari
pelabuhan San Fransisco menumpang kapal laut SS President Madison. Dari Amerika
pastor muda ini membawa serta 16 buah peti berisi obat-obatan, buku, dan
pakaian sebagai bekal awal karya misionernya di tanah misi.
Setelah berlayar selama dua
bulan 11 hari,pada tanggal 4 Desember 1963 Pater Nicholas Strawn tiba di
pelabuhan Tanjung Priok. Tanggal 12 Desember 1963 dengan KM.Stella Maris,
P.Nico berlayar menuju Ende. Di Ende, Pater Nico mendapat tugas berkarya
di Lembata tepatnya di paroki Lerek.
FloresNews.com, 21 Mei 2012.
Ketfoto: Pastor Nicholas
Strawn SVD
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!