Headlines News :
Home » » Sepeda Masih Menunggu Femi, Jurnalis Bloomberg Di Sukhoi Naas

Sepeda Masih Menunggu Femi, Jurnalis Bloomberg Di Sukhoi Naas

Written By ansel-boto.blogspot.com on Saturday, May 12, 2012 | 4:09 PM


Femi Adi, jurnalis Bloomberg salah satu korban pesawat Sukhoi SSJ100 yang jatuh di Gunung Salak. Gadis periang ini aktivis dan penulis buku politik. 

Di antara penumpang pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang jatuh di Cijeruk Sukabumi itu ada nama Femi. Femi Adi adalah jurnalis Bloomberg yang diajak ikut merasakan penerbangan perdana pesawat buatan Rusia.  

Namun penerbangan berlabel joy flight Sukhoi SSJ100 ini berakhir tragis. Pesawat ditemukan hancur di pinggir tebing Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada ketinggian 5.500 kaki. Dari gambar udara yang ditunjukkan TNI Angkatan Udara sungguh mengerikan. Tampak jelas betapa dahsyat tabrakan pesawat dan bukit Gunung Salak. Hanya kuasa alam, kuasa Tuhan yang mampu menunjukkan keajaiban.

Femi, gadis lajang ini memulai karir jurnalistik di Kontan, selepas lulus dari Universitas Atmajaya Yogyarakarta. Dan sejak Desember 2010 ia memutuskan bergabung dengan Bloomberg. Di akhir usia kerja di Kontan, Femi sempat mengedit tulisan tentang persiapan PT Dirgantara Indonesia untuk merawat 30 pesawat Sukhoi SSJ100. 

Kepastian Femi sebagai salah satu penumpang Sukhoi SSJ100 didapat dari daftar manifes penumpang yang dilansir oleh Tim Basarnas. Kakak Femi, Esti Rahayu mengakui ia dan masih menunggu kepastian kondisi adik satu-satunya itu. "Saya menunggu hasil tim evakuasi," kata Esti dengan suara terbata-bata.  

Matt Winkler, Pemimpin Redaksi Bloomberg di New York juga telah mengonfirmasikan hal serupa. Dalam surat elektronik yang salinannya diperoleh Beritasatu.com, melalui sahabat Femi, Christiantoko, Winkler memastikan Femi adalah salah satu penumpang pesawat naas tersebut. 

"Kami percaya bahwa kolega kami Femi Adi dari Bloomberg Biro Jakarta merupakan salah satu penumpang di Sukhoi, pesawat yang jatuh di Indonesia kemarin," ujar Winkler yang mengaku sangat sedih dan berempati pada keluarga korban. Bloomberg masih terus memantau perkembangan evakuasi korban. 

Sejumlah kolega Femi di kalangan jurnalis pun mengaku sangat kehilangan sosok Femi. Gadis periang ini begitu hangat di mata kawan-kawannya. Hendrika Yunapritta, Titis Nurdiana dan Cipta Wahyana, sahabat Femi di Kontan masih mengharapkan hal terbaik bagi Femi. "Pray the best for Femi," tulis Titis di dinding facebook milik Femi.

Sementara Ignatus Haryanto, Direktur Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) menulis di dinding facebook Femi, "... perjumpaan kita memang tak lama dan tak dalam, tetapi aku kagum dengan semangatmu. Damailah dalam perjalanan menuju kedamaian abadi …"

Christine Nathalia, kolega Femi di kampus Universitas Atmajaya Yogyakarta mengutip kalimat sastrawan Pramoedya Ananta Toer tentang sosok Femi yang sejak remaja menggemari dunia tulis menulis. "Teruntuk Femi Adi Soempeno: "Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..." (Pramoedya Ananta Toer). Sampaikan salam ku untuk Pramoedya ya, Fem…," tulis Nathalia.

Selain menjadi jurnalis, Femi juga menulis sejumlah buku, antara lain biografi "Prabowo Dari Cijantung Bergerak Ke Istana". Buku yang sangat kontroversial karena mengupas soal detik-detik terakhir pertarungan di tubuh Angkatan Darat sesaat dan sesudah Soeharto jatuh, Mei 1998. Selain itu Femi juga menulis buku: "Boediono, Saya Bukan Neolib", "Indonesia Memilih", "Mereka Mengkhianati Saya", "Prabowo Titisan Soeharto? Mencari Pemimpin Baru di Masa Paceklik". Dan masih ada beberapa buku lainnya yang ditulis bersama koleganya di Penerbit Galang Press.

Tulisan Femi seputar Prabowo, reformasi 1998 kelak di kemudian hari menjadi rujukan pada ahli dalam merumuskan reformasi sektor keamanan Indonesia. Wabil khusus, soal latar belakang konflik di internal TNI yang mewajibkan perlunya reformasi di tubuh TNI.  

Buku-buku yang ditulis Femi memang seputar politik. Minatnya menulis politik adalah refleksi perjalanan masa remajanya. Saat gerakan reformasi 1998 marak di Yogyakarta, Femi yang kala itu masih SMA sudah ikut turun ke jalan dengan bergabung di GAPCI (Gabungan Aksi Pelajar Cinta Indonesia). Sebuah organisasi massa aksi pelajar. Ia dan rekan-rekannya sering berinteraksi dengan kelompok mahasiswa Komite Perjuangan Rakyat Untuk Perubahan (KPRP) Yogyakarta. Femi remaja sudah menjadi pelajar yang progressif.

Selain menulis, Femi Adiningsih, begitu nama lengkapnya juga sangat menggemari olah raga sepeda. Akhir April lalu Femi bahkan sangat bersuka cita karena sukses mendapatkan asesoris untuk sepeda lipat andalannya. Seperti dituliskannya di blog pribadinya,  femiadi.comtahun lalu ia memesan asesoris sepeda buatan Livestrong. Ia memesan  wristband, arm warmer, sarung tangan, dry fit dan vest.  "Semuanya untuk bersepeda. saya menyukai asesoris Livestrong ini karena mengingatkan saya pada ayah saya yang meninggal karena kanker, enam tahun silam," tulis Femi pada 28 April 2012.

Femi selalu bangga dengan figur ayahnya. Ia pun tak ragu menggunakan nama Soempeno di belakang namanya. Mendiang Paulus Soempeno adalah korban peristiwa 1965. Soempeno adalah nasionalis dan pengikut Soekarno. Namun pemberontakan G30S yang berakhir dengan pengejaran dan pembunuhan itu bukan cuma melibas aktivis PKI dan ormas mantel PKI, namun juga pendukung Soekarno. Ayah Femi yang Soekarnois itu mengalami penyiksaan dan intimidasi. Namun ia gigih dan tak menyerah. Semangat ayahnya ini yang merasuk dalam diri Femi. 

Penulis dan jurnalis handal itu kini nasibnya masih tanda tanya.Jika keajaiban Tuhan semesta alam itu menahbiskannya hidup, sepeda lipat dan asesoris yang dibeli susah payah itu masih menunggu untuk ditunggangi. Dan jika pada akhirnya ia meninggalkan dunia ini. Di alam keabadian itu, ia pasti akan berdiskusi dengan penulis idolanya Pramoedya Ananta Toer. 
Sumber: www.beritasatu.com. 11 Mei 2012
Ket foto: Femi Adi, jurnalis Bloomberg

SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger