Hingga awal Oktober
2012, jumlah penderita HIV/AIDS di Lembata 26 orang. Tiga di antaranya
mahasiswa dan dua orang pegawai negeri sipil (PNS). Secara keseluruhan, jumlah
penderita yang sudah meninggal dunia tujuh orang.
Hal ini terungkap
dalam diskusi usai Paripurna DPRD Lembata, Selasa (2/10/2012). Salah seorang
anggota Dewan, Hani Chandra, mengangkat isu ini di dalam ruangan sidang. Hani
mendorong pemerintah membuat perda penanggulangan HIV/AIDS di Lembata dan
membentuk Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD).
Menanggapi desakan
Hani, Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, berjanji untuk memutuskan rantai
penyakit tersebut. Bupati berjanji akan mencoba mendatangkan alat tes dari luar
daerah, karena Lembata belum memiliki alat tes penyakit ini.
Bupati Sunur juga
mendorong dinas terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga, dan Dinas Pariwisata melakukan sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS di
sekolah-sekolah di Lembata.
"Kita harus
putuskan rantai ini. Kita perlu lakukan sosialisasi. Buat pamflet, datangi
sekolah-sekolah," kata Sunur.
Wakil Bupati Lembata,
Viktor Mado Watun menambahkan, fakta bahwa kebanyakan penderita adalah usia produktif
sekitar umur 30 tahun. Tiga dari 26 penderita HIV/AIDS adalah mahasiswa. Dua
orang PNS dan tujuh orang sudah meninggal dunia. Satu di antara tujuh orang
yang meninggal adalah mahasiswa.
Mado Watun meminta
Banggar DPRD Lembata mengalokasikan dana sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS di
Lembata. Munculnya kasus itu, jelas Mado Watun, seperti fenomena gunung es
sehingga perlu segera ditangani. Apalagi para penderita umumnya masih berusia
produktif.
Mado Watun kepada
wartawan usai sidang mengatakan, ada banyak kasus penyakit kelamin menimpa
pelajar-pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Lembata sehingga perlu
ditangani serius.
Ket foto: Bupati Eliaser
Yentjie Sunur
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!