PENULIS dan
wartawan senior, Peter Apollonius Rohi (Peter Rohi) menantang Gubernur DKI
Jakarta Dr Anies Rasyid Baswedan berdebat dengan dirinya soal sejarah Tanah
Air.
“Ini guru besar koq
sempit pikirannya. Dia bilang Jakarta adalah satu dari sedikit tempat di
Indonesia yang merasakan hadirnya penjajah dalam kehidupan sehari-hari selama
berabad-abad. Saya kepingin tanya, apa dia sudah baca sejarah setiap jengkal
Tanah Air, koq berani bilang satu dari sedikit tempat?,” tulis Peter Rohi,
wartawan asal Nusa Tenggara Timur, dalam jejaring sosial Facebook pribadinya, bertajuk ‘Ucapan Anis Baswedan Menyakitkan
Kami’ seperti terlihat, Rabu, (17/10).
Menurutnya, sebagai
orang yang belajar sejarah dan wartawan setengah abad, ia merasa Gubernur
Baswedan tidak berani menyatakan mana dari sedikit tempat itu.
“Ini negeri semua
dijajah, dan di semua tempat ada pemberontakan, walau tidak masuk dalam
sejarah. Di NTT, khusus Pulau Timor kami perang berabad-abad, sampai pimpinan
perang ditangkap tahun 1905. Mana masuk sejarah dan mana Anies tahu? Apa kami
hidup enak berabad-abad itu?,” lanjut Peter Rohi.
Menurut Peter, sampai
sekarang pihaknya tidak merasakan banyak dari pengorbanan mereka (para pejuang).
Jangan bertindak separatis. Sejujurnya, demikian Peter, pada masa Belanda warga
asing timur masih lebih mendapat fasilitas dibanding para pejuang pribumi.
“Ada UU tersendiri
bagi warga asing timur. Sekali lagi pribumi asli, paling tersiksa. Saya tantang
berdebat soal sejarah Tanah Air. Ayo, kapan,” kata Peter Rohi.
Ajakan Peter untuk
menantang Anies soal sejarah Tanah Air muncul setelah Gubernur DKI Anies
Baswedan menyebut dalam pidato usai
dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 16/10,
kemarin.
Peter menulis kembali
cuplikan pidato Anies Baswedan. Baswedan mengatakan, ".....Jakarta adalah
satu dari sedikit tempat di Indonesia yang merasakan hadirnya penjajah dalam
kehidupan sehari-hari selama berabad-abad lamanya. Rakyat pribumi ditindas dan
dikalahkan oleh kolonialisme. Kini telah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah
di negeri sendiri. Jangan sampai terjadi di Jakarta ini apa yang dituliskan
dalam pepatah Madura, “Itik se atellor, ajam se ngeremme.” Itik yang bertelur,
ayam yang mengerami. Seseorang yang bekerja keras, hasilnya dinikmati orang
lain.... ".
“Kenapa dia memakai
istilah atau kata pribumi ? Bukan kita atau rakyat kita? Kata pribumi kan
istilah yg dipakai oleh Belanda untuk memecah belah kita..... dan ingat kita
sudah 72 tahun merdeka.... apalagi di Jakarta saat kampanye berseliweran unsur
SARA... etnis dan agama.... jadi sangat tidak bijak memakai kata pribumi.....
menurut saya itu sebagai pesan pesan yg ingin disampaikannya ke
masyarakat......etnis tertentu jangan kuasai kita,” tulis Peter Rohi.
Ket foto: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sumber foto: https://metro.tempo.co
Sumber foto: https://metro.tempo.co
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!