Headlines News :
Home » » Wartawan Tantang Gubernur DKI Berdebat: Ini Guru Besar Koq Sempit Pikirannya

Wartawan Tantang Gubernur DKI Berdebat: Ini Guru Besar Koq Sempit Pikirannya

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, October 17, 2017 | 3:12 PM

PENULIS dan wartawan senior, Peter Apollonius Rohi (Peter Rohi) menantang Gubernur DKI Jakarta Dr Anies Rasyid Baswedan berdebat dengan dirinya soal sejarah Tanah Air.

“Ini guru besar koq sempit pikirannya. Dia bilang Jakarta adalah satu dari sedikit tempat di Indonesia yang merasakan hadirnya penjajah dalam kehidupan sehari-hari selama berabad-abad. Saya kepingin tanya, apa dia sudah baca sejarah setiap jengkal Tanah Air, koq berani bilang satu dari sedikit tempat?,” tulis Peter Rohi, wartawan asal Nusa Tenggara Timur, dalam jejaring sosial Facebook pribadinya, bertajuk ‘Ucapan Anis Baswedan Menyakitkan Kami’ seperti terlihat, Rabu, (17/10).

Menurutnya, sebagai orang yang belajar sejarah dan wartawan setengah abad, ia merasa Gubernur Baswedan tidak berani menyatakan mana dari sedikit tempat itu.

“Ini negeri semua dijajah, dan di semua tempat ada pemberontakan, walau tidak masuk dalam sejarah. Di NTT, khusus Pulau Timor kami perang berabad-abad, sampai pimpinan perang ditangkap tahun 1905. Mana masuk sejarah dan mana Anies tahu? Apa kami hidup enak berabad-abad itu?,” lanjut Peter Rohi.

Menurut Peter, sampai sekarang pihaknya tidak merasakan banyak dari pengorbanan mereka (para pejuang). Jangan bertindak separatis. Sejujurnya, demikian Peter, pada masa Belanda warga asing timur masih lebih mendapat fasilitas dibanding para pejuang pribumi.

“Ada UU tersendiri bagi warga asing timur. Sekali lagi pribumi asli, paling tersiksa. Saya tantang berdebat soal sejarah Tanah Air. Ayo, kapan,” kata Peter Rohi.

Ajakan Peter untuk menantang Anies soal sejarah Tanah Air muncul setelah Gubernur DKI Anies Baswedan menyebut dalam pidato  usai dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 16/10, kemarin.

Peter menulis kembali cuplikan pidato Anies Baswedan. Baswedan mengatakan, ".....Jakarta adalah satu dari sedikit tempat di Indonesia yang merasakan hadirnya penjajah dalam kehidupan sehari-hari selama berabad-abad lamanya. Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan oleh kolonialisme. Kini telah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai terjadi di Jakarta ini apa yang dituliskan dalam pepatah Madura, “Itik se atellor, ajam se ngeremme.” Itik yang bertelur, ayam yang mengerami. Seseorang yang bekerja keras, hasilnya dinikmati orang lain.... ".

“Kenapa dia memakai istilah atau kata pribumi ? Bukan kita atau rakyat kita? Kata pribumi kan istilah yg dipakai oleh Belanda untuk memecah belah kita..... dan ingat kita sudah 72 tahun merdeka.... apalagi di Jakarta saat kampanye berseliweran unsur SARA... etnis dan agama.... jadi sangat tidak bijak memakai kata pribumi..... menurut saya itu sebagai pesan pesan yg ingin disampaikannya ke masyarakat......etnis tertentu jangan kuasai kita,” tulis Peter Rohi.
Ket foto: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 
Sumber foto: https://metro.tempo.co
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger