YERUSALEM-Dari Bukit Zaitun, pelancong dengan cukup jelas melihat sisi
timur Kota Yerusalem. Salah satu kota tertua di dunia dengan rentang sejarah
lebih dari 6.000 tahun. Tembok kota berwarna putih abu-abu tampak kokoh. Dari
jauh, Dome of The Rock, masjid berkubah emas terlihat berkilauan. Di samping
kirinya, Al Aqsa, masjid agung. Pucuk Church of Holy Sepulchre, Gereja Makam
Kudus, tidak terlihat jelas. Kenisah Yerusalem kini hanya ada dalam bayangan
para peziarah. Kemegahan Bait Allah hanya menyisakan sebagian tembok yang
disebut Dinding Ratapan.
Mengarahkan
pandangan ke depan, Anda akan melihat sebuah pintu gerbang Kota Yerusalem yang
tertutup. Sebuah saksi bisu perebutan kekuasaan yang terjadi silih berganti
pada masa lalu. Lewat pintu gerbang itu, umat Yahudi langsung menapaki jalan
lurus menuju Bait Allah. Tetapi, pada masa kekuasaan Salahudin dari Persia,
pintu gerbang itu ditutup rapat. Perang Salib yang berlangsung sekitar dua abad
berakhir dengan kemenangan Persia pada 1187 M.
"Dia tahu
pintu itu bisa menjadi masalah bagi pemerintahannya, sehingga harus
ditutup," ujar Yehezkiel, pemandu wisata asal Israel, Minggu, 25 Desember
2016.
Bukit Zaitun lebih tinggi sekitar 100 meter dari Yerusalem, sehingga dengan
cukup jelas memandang kota yang menjadi tempat suci umat Yahudi, Kristen, dan
Islam itu. Menurut kepecayaan Yahudi, Mesias yang ditunggu-tunggu akan datang
lewat Bukit Zaitun. Dari bukit ini, Mesias menuju Bait Allah lewat pintu
gerbang bagian timur kota.
Bukit Zaitun
menjadi objek wisata rohani yang penting. Di Bukit ini, Yesus mengajarkan doa
Bapa Kami, meratapi Yerusalem, dan naik ke surga. Bukan hanya gereja yang
berdiri tegak di bukit ini. Masjid, yang dalamnya ada tapak kaki Yesus, masih
terawat dengan baik dan menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi umat Kristen
dan Islam. Sebuah gereja Pater Noster berdiri tegak setelah dihancurkan. Di
dalam gereja yangb dibangun kembali oleh Putri Aureliade Bossi de la Tour
d'Auvergne dari Prancis itu terdapat doa Bapa Kami yang ditulis dalam berbagai
bahasa, termasuk bahasa Batak, Sunda, Gowa, dan Palembang.
Di lereng Bukit
Zaitun, ada Taman Getsemani, tempat Yesus menyepi dan berdoa. Yudas Iskariot
mudah mencari Yesus untuk diserahkan kepada serdadu Romawi karena ia tahu
persis kebiasaan Yesus. Di Lembah Bukit Zaitun terdapat bekas Kolam Bethesda.
Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang selama 38 tahun menunggu air kolam
bergerak. Menurut kepercayaan Yahudi, orang sakit yang menyentuh air kolam yang
bergerak akan disembuhkan. Si lumpuh tak mampu bergerak cepat, sedang air yang
bergerak hanya berlangsung singkat.
Selama tiga hari
mengunjungi situs sejarah di Yerusalem, Sabtu, 24 Desember hingga Senin, 26
Desember 2016, penulis merasakan suasana damai. Aparat keamanan Israel hadir di
semua objek wisata rohani. Tidak ada kesan bahwa kota ini pernah belasan abad
bersimbah darah dan air mata. Sejak memenangi perang enam hari melawan
Yordania, 1967, Israel sepenuhnya menguasai Yerusalem. Jika sebelumnya, sejak
kemerdekaan tahun 1948, Yerusalem timur adalah bagian Yordania, mulai 1967,
seluruh Yerusalem di bawah kontrol Israel.
Di tengah protes
internasional, pada Juli 1980, Israel menegaskan, Yerusalem adalah ibu kota
Israel yang tak terbagikan. Kota ini menjadi pusat kegiatan parlemen dan pemerintahan
pusat Israel. Presiden, perdana menteri, dan Mahkamah Agung berdiam di
Yerusalem. Yerusalem sebagai ibu kota Israel sudah menjadi hukum dasar negara
itu. Merespons keputusan Israel, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 478,
20 Agustus 1980, yang menyatakan bahwa hukum dasar yang disebutkan itu adalah
suatu pelanggaran hukum internasional dan karenanya harus segera dicabut.
Tetapi, kenyataannya Israel tetap pada pendiriannya.
Yerusalem artinya
city of peace atau kota damai. Dalam bahasa Ibrani, "Ir" berarti
kota. "Shalem" atau "Syaloom" artinya damai. Orang Ibrani
menyebut Yerusalem dengan Yerushalayim, Arab dengan al-Quds atau kota suci, dan
Aram dengan Yarushalem. Namun, sejarah mencatat, kota yang sebelumnya bernama
Bukit Muria ini juga menjadi kota perang, darah, dan air mata kepedihan.
Yerusalem sudah dua kali dihancurkan, 23 kali dikepung, 52 kali diserang, dan
44 kali direbut kembali.
Dalam buku
Jerusalem Besieged: From Ancient Canaan to Modern Israel karangan Eric Cline
disebutkan, arkeolog menemukan puing-puing bangunan Yerusalem masa lalu
mencapai 60 kaki atau 18,3 meter dalamnya. Yerusalem menjadi perebutan Yahudi,
Kristen, dan Islam, karena kota dengan tinggi 754 meter dari permukaan laut ini
adalah kota suci menurut ketiga agama. Yerusalem juga disebut Bukit Sion, Bukit
Muria, tempat Abraham mengorbankan anaknya, Kota Daud, dan Bukit Tuhan, tempat
tinggal anak-anak Tuhan.
Dalam Perjanjian
Lama, besarnya cinta Tuhan kepada bangsa Israel dilukiskan dengan sebutan Putri
Sion. Orang Yahudi di mana pun berada selalu mengingat Sion dan rindu untuk
kembali. Saat menyaksikan orang Yahudi berdoa di Tembok Ratapan, penulis
teringat sejumlah ayat Mazmur.
"Engkau
sendiri akan bangun dan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk
mengasihaninya, sudah tiba saatnya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada
batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya (Mazmur 102:13-14). "Di tepi
sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat
Sion (Mazmur 137:1).
Dalam beberapa
tahun terakhir, para peziarah tiga agama besar--Yahudi, Kristen, dan
Islam--terus berdatangan. Pemerintah Israel menjamin penuh keamanan bagi para
peziarah. Salah satu alasan rasional adalah pentingnya wisatawan bagi
perekonomian. Situs sejarah agama merupakan objek wisata rohani tak ternilai.
Dengan jaminan keamanan, akses yang mudah, dan akomodasi yang nyaman,
pariwisata akan bergerak.
Yerusalem adalah
daya pikat utama pariwisata Israel. Dari 3,3 juta turis yang mengunjungi Israel
pada 2014, sekitar 82 persen menghabiskan waktu di Yerusalem. Kota Damai yang
acap tidak damai ini memiliki banyak situs sejarah Yahudi, Kristen, dan Islam.
Semuanya terkonsentrasi di Kota Tua yang belakangan lebih dikenal dengan
Yerusalem Timur, sebuah wilayah yang dalam rentang waktu lama di bawah
kekuasaan Islam. Kota Tua ini sudah menjadi situs warisan sejarah yang
dilindungi UNESCO.
Di Yerusalem Timur
ada bangunan dan situs sejarah Yahudi, Kristen, dan Islam. Ada bekas Bait Allah
yang kini menyisakan Dinding Ratapan, Kuburan Daud, Terowong Barat yang adalah
bekas kandang kuda Salomo, bekas Istana Imam Agung Kayafas yang kini menjadi
Gereja St Petrus--tempat Petrus menyangkal Yesus tiga kali--, ruang Yesus dan
para murid-Nya mengadakan perjamuan terakhir, bekas rumah St Anna, Ibu St Maria
yang kini menjadi Gereja St Anna, bekas Istana Pilatus, Via Dolorosa atau jalan
yang ditapaki Yesus sambil memanggul salib ke Puncak Bukit Golgota, Holy
Sepulchare Church atau Gereja Makam Kudus, tempat Yesus disalibkan, jenazahnya
dibaringkan, dikuburkan, dan bangkit dari kubur-Nya.
Para peziarah,
teruatama umat Kristen Katolik, umumnya melakukan jalan salib sepanjang Via
Dolorosa, melewati 14 stasi atau perhentian dengan stasi terakhir di Puncak
Golgota. Sebagian besar rute yang dilewati umat yang melakukan ibadah jalan
salib dipenuhi para pedagang kecil. Mereka keturunan Arab Palestina yang sudah
ratusan tahun mendiami tempat ini.
Umat Katolik
Indonesia mengikuti jalan salib sepanjang Via Dolorosa.
"Saat Yesus
melewati jalan ini pun, keramaian sudah ada. Rumah berderat di jalan kota dan
massa memenuhi jalanan. Penguasa Romawi waktu itu sengaja memaksa Yesus
melewati rute ramai dengan tujuan mempermalukan Yesus," jelas pembimbing
rohani rombongan peziarah Christour, Romo Antonius Nugroho Bimo Prakoso OFM,
Minggu, 25 Desember 2016.
Pada masa Yesus,
Golgota berada di luar tembok Kota Tua, Yerusalem. Tradisi Yahudi sangat ketat
untuk tidak menyatukan permukiman suci dengan kuburan. Golgota artinya bukit
tengkorak. Seiring dengan pertambahan penduduk, terutama oleh migrasi, kota
Yerusalem diperluas dan tembok sebagai pembatas kota diubah, sehingga Golgota
menjadi bagian dari kota Yerusalem.
Tidak jauh dari
Yerusalem timur, ada Bukit Zaitun yang dibatasi sebuah lembah. Setelah bangkit
dari kubur, demikian keyakian umat Kristen, Yesus berjumpa beberapa kali dengan
para murid-Nya dan terakhir, Ia naik ke surga di Bukit Zaiitun. Di bukit ini
pula, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami dan menangisi kehancuran Yerusalem yang
bakal terjadi. Masuk kawasan Bukit Zaitun, ada Tamann Getsemani, tempat Yesus
biasa berdoa.
Lokasi Gereja Makam
Yesus di Puncak Golgota. Di dalamnya ada tempat jenazah Yesus dibaringkan dan
makam Yesus.
Di bekas Kota Tua
ini pula ada Dome of Rock dan Masjid Al-Aqsa serta pelataran Haram al Sharif,
tiga tempat suci umat Islam. Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga umat
Islam setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Di Dome of
Rock ada batu yang dipercaya umat Islam tempat yang dipijak Nabi Muhammad
sebelum perjalanan ke surga. Dari Al-Aqsa, Muhammad ber-miraj menghadap Allah
untuk menerima perintah salat, dan kemudian dijadikan arah tujuan salat atau
kiblat pertama sebelum kemudian dialihkan ke Kakbah.
Dari semua objek
wisata, akses jalan menuju Dinding Ratapan terlihat paling lebar dan mulus.
Saat mengunjungi Tembok Barat ini, Senin, 26 Desember 2016, pemeriksaan di
pintu masuk sama ketat dengan ketika melewati security checking di bandara.
Tetapi, dengan teknologi canggih, isi tas tak perlu dibuka. Setelah melewati
pintu pemeriksaan, pelancong bisa melihat sebuah area yang luas dengan Dinding
Ratapan di sisi kanan. Di balik Tembok Barat itu berdiri megah Masjid Al-Aqsa
dan Dome of Rock. Kedua rumah ibadah Islam ini didirikan di atas Bait Allah,
tempat Tabut Perjanjian disemayamkan.
Di Dinding Ratapan
itu, pemeluk Yahudi berdoa sambil menyelipkan kertas berisi ujud doa. Selain
ujud doa pribadi, mereka mendoakan datangnya Mesias dan dibangunnya Bait Allah
ketiga. Bait Allah pertama yang dibangun Raja Salomo dirobohkan Nabukednazer.
Setelah dibangun kembali oleh Ezra dan Nehemia, Bait Allah kedua diratakan oleh
Raja Titus tahun 70 M. Zionisme tidak saja sebuah gerakan untuk kembali ke
Sion, mendirikan negara Israel, melainkan juga untuk mendirikan Bait Allah.
Dinding Ratapan
Situs bersejarah
ini merupakan objek wisata yang memikat peziarah dari berbagai belahan bumi.
Data Biro Statsitik Israel menunjukkan, jumlah wisman yang mengunjungi negara
itu pada 2016 sebesar 3,068 juta, turun 3,6 persen dibanding 2015. Penurunan
turis asal Rusia dan negara-negara Eropa berdampak signifikan. Sedang turis
asal AS dan negara-negara Asia sedikit mengalami kenaikan meski belum bisa
menutupi penurunan wisman asal Rusia dan Eropa.
Penurunan jumlah
wisman sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Pada 2015, wisman ke Israel 3,1
juta, turun sekitar 4 persen akibat kekhawatiran terhadap aksi terorisme yang
melanda Palestina. Turis terbesar tahun 2015 berasal dari AS, 637.000, dan
peringkat kedua adalah Rusia, 415.000. Wisman lainnya datang dari Prancis,
300.000, Jerman, 195.000, Inggris, 178.000, dan sejumlah negara Eropa, Asia
Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan negara-negara Arab. "Pada tahun 2016, wisatawan asal Asia, terutama Tiongkok, India, Korea,
Filipina, dan Indonesia meningkat sekitar 30 persen," ungkap Yehezkiel.
Yehezkiel, pemandu
wisata asal Israel menunjukkan letak Dinding Ratapan, di sebelah kiri Masjid Al
Aqsa, kubah berwarna hitam.
Turis asal Eropa
sedikit menurun seiring dengan kelesuan ekonomi yang melanda kawasan itu. Meski
belum ada angka pasti, turis dari Asia meningkat. Dari Indonesia, misalnya,
para peziarah ke Tanah Suci diperkirakan sudah mencapai belasan ribu setahun.
Jaminan keamanan di
situs bersejarah bagi para turis memperlihatkan keseriusan Pemerintah Israel
memacu sektor pariwisata untuk menopang kemajuan ekonomi negeri itu. Pada 2014,
devisa dari para turis mencapai US$ 10,7 miliar atau 41 miliar shekel. Tenaga
kerja yang terserap di sektor pariwisata di atas 200.000 orang atau 6 pesen dari
total angkatan kerja.
Israel tergolong
negara maju dengan PDB per kapita US$ 36.000, bandingkan dengan Indonesia yang
baru US$ 3.600. Kontribusi terbesar terhadap PDB adalah sektor jasa
(perdagangan, keuangan, transportasi, konstruksi, properti, telekomunikasi, dan
pariwisata), yakni sekitar 75,5 persen. Sedang pangsa sektor industri terhadap
PDB sebesar 22 persen, dan pertanian 2,5 persen. Kemajuan industri dan
pertanian negara ini terutama ditopang oleh teknologi. Israel menempati
peringkat satu dunia dalam riset dan pengembangan.
Dengan luas 20.771
km persegi, Israel dihuni 8,2 juta jiwa. Kondisi wilayah yang kering dan
didominasi gurun yang tandus menyebabkan 92 persen warga Israel tinggal di
perkotaan. Di seluruh dunia, etnis Yahudi mencapai 14,7 juta. Kota Yerusalem
dihuni 865.721 jiwa. Ditambah wilayah sekitarnya, total warga Yerusalem 1,2
juta. Sekitar 64 persen adalah Yahudi, 35 persen Arab Palestina, dan 1 persen
etnis lainnya. Mayoritas penduduk Yerusalem beragama Yahudi, yakni 75 persen.
Selebihnya, Islam 17,6 persen, Kristen 2 persen, dan lain-lain 5,5 persen.
Sebagian penganut Kristen adalah para biarawan, biarawati, dan calon imam.
Meski jumlahnya
kecil, situs agama Kristen cukup dominan di Yerusalem. Situs penting itu
dikelola bersama oleh sejumlah kelompok agama Kristen, yakni Patriak Ortodoks
Yunani, Patriarkat Armenia, Gereja Koptik, Gereja Ortodoks Suriah, dan Ordo
Fransiskan. Gereja Makam Kudus di Puncak Golgota dikelola oleh banyak kelompok
Kristen, termasuk Gereja Ethiopia.
Laju pertumbuhan
penduduk Israel tergolong tinggi, yakni 1,6 persen. Jika rata-rata ibu di dunia
melahirkan 1,7 anak, ibu Isarel melahirkan tiga anak. Selain itu, imigran
Yahudi dari Eropa dan Amerika juga masih tinggi.
Darah dan Air Mata
Setelah Umar bin
Khattab dari Arab merebut Yudea dari Kerajaan Bizantium atau Romawi Timur tahun
638 M, Yerusalem menjadi ajang perebutan tiga agama besar, yang acap disebut
agama samawi, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Disebut agama samawi atau agama
langit, karena oleh pengikutnya diyakini berasal dari Allah berdasarkan wahyu.
Yahudi, Kristen, dan Islam, punya akar yang sama, yakni mewarisi tradisi
Abraham atau Ibrahim. Perbedaan terjadi generasi kedua lahir, yakni Ishak dari
rahim Sarah dan Ismail dari Hagar.
Pada Kitab Kejadian
22: 1-19 disebutkan, Abraham mempersembahkan Ishak di Bukit Muria. Sedang Islam
meyakini, yang dipersembahkan Ibrahim di Bukit Muria adalah Ismail. Ishak
ataupun Ismail tidak jadi dikorbankan karena iman Abraham kepada Allah dinilai
sudah teruji. Sebagai pengganti, yang dikorbankan adalan domba jantan. Ishak
menurunkan bangsa Israel, sedang Ismail bangsa Arab.
Menurut keyakinan
Yahudi dan Kristen, Abraham dipilih Allah (Yahwe) untuk menjadi bapak bangsa.
Ia berasal dari negeri Ur Kasdin, Mesopotamia, kini wilayah Irak. Wilayah yang
terletak di delta Sungai Eufrat dan Tigris ini dikenal sebagai daerah subur.
Allah memanggil Abraham untuk pergi ke sebuah negeri yang baru. Kepadanya
dijanjikan tanah yang subur, tanah berlimpahkan susu dan madu. Keturunannya menjadi
bangsa besar dan orang pilihan. Dari keturunan Abraham akan lahir seorang
Mesias. Bagi orang Israel, Tanah Kanaan adalah Tanah Terjanji.
Lebih dari 5.000
tahun Yerusalem menjadi perebutan. Jauh sebelum kedatangan Abraham dari negeri
yang saat ini bernama Irak, Yerusalem sudah menjadi kota cantik. Pertama,
perebutan antara orang Abraham dan keturunannya dengan penduduk asli. Sekitar
tahun 2.110 sebelum Masehi (SM), Abraham merebut Yerusalem dari raja Elam,
Chedorlaomer. Raja Salem, Imam Agung Melek Tzedek (Melkisedek) membawa roti dan
anggur merayakan kemenangan sekaligus memberkati Abraham.
Perebutan berlanjut
pada masa keturunan Abraham. Saat kembali dari negeri Mesir, bangsa Israel
bertempur untuk merebut Yerusalem dan Tanah Kanaan, Tanah Terjanji. Didaului
oleh Yusuf, keturunan Yakob atau Israel, keturunan Abraham ini menetap di Mesir
kurang-lebih 3,5 abad. Musa dipilih Yahwe membawa kembali bangsa Israel dan
tulang-belulang Yakob ke Tanah Terjanji. Daud sekitar tahun 1052 SM mengalahkan
Goliat, pemimpin Palestina, dan pada 866 menjadikan Yerusalem ibu kota
Kerajaaan Israel.
Mimpi bangsa Israel
memiliki Bait Allah di Yerusalem diwujudkan oleh Salomo, Putra Daud. Raja yang
dikenang sejarah karena kebijaksanaannya mendirikan Bait Allah pada tahun 825 SM
dan berdiri kokoh selama 400 tahun. Kenisah Yerusalem nan agung itu dihancurkan
hingga rata dengan tanah oleh Raja Nabukednazer dari Babilonia tahun 423 SM.
Kenisah Yerusalem kedua dibangun tahun 352 SM dan kemudian dihancurkan Kerajaan
Romawi tahun 70 M.
Silih berganti
Yerusalem diduduki oleh berbagai bangsa dan agama dengan membawa darah dan air
mata. Setelah dikuasai Romawi, Kota Sion ini dikuasai Kerajaan Islam, Arab,
selama 461 tahun. Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad, yang dilahirkan tahun
571, berkembang cukup pesat pada masa itu. Kerajaan Islam menguasai Yerusalem
hingga pecah Perang Salib, 1099. Sempat dikuasai kelompok Kristen, Yerusalem
kembali dikuasai Islam Persia pada akhir Perang Salib. Beberapa kali dikuasai
kembali oleh Yahudi, Yerusalem lebih banyak berada di tangan pihak lain,
termasuk Turki dan Mongol. Sebelum dikuasai Israel, Yerusalem merupakan wilayah
Yordania dan Palestina.
Yerusalem sudah
menjadi kota segala bangsa. Tetapi, orang Isarel tetap yakin Yerusalem adalah
kota yang dijanjikan Allah kepada mereka. Yerusalem adalah kota yang disayangi
Tuhan. "Seperti burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya,
demikianlah Tuhan semesta alam akan melindungi Yerusalem (Yesaya 31:5).
Tetapi, bagi
Isarel, Yerusalem adalah kota milik mereka. "Sungguh, Aku menjemput orang
Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan
mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka. Aku akan
menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gunung-gunung Israel,
dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua
bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan. (Yehezkiel 37:21-22).
Pada hari terakhir kunjungannya di Tanah Suci, 26 Mei 2014, Paus Fransiskus
menjadi tamu Presiden Israel Shimon Peres di Yerusalem. Peres mengakui,
perdamaian membutuhkan “kreativitas dan inspirasi”. Dia yakin, Paus memiliki
keduanya.
Dalam sambutannya,
Paus mengutuk antisemitisme, mendorong upaya perdamaian, menyelesaikan
ketegangan Israel-Palestina dan ketegangan antaragama. Paus menolak segala
bentuk intoleransi, mendesak penghormatan terhadap hak semua kelompok agama dan
kelompok minoritas di Israel.
Paus mengharapkan
agar Yerusalem benar-benar menjadi "City of Peace" dan agar semua
tempat suci tidak sekadar monumen atau museum bagi wisatawan, melainkan sungguh
menjadi tempat bagi semua komunitas umat beriman mengungkapkan iman dan budaya
mereka. Yerusalem dan semua tempat suci di Israel mesti menjadi tempat aman
bagi para peziarah dari berbagai belahan dunia.
Perdamaian
membutuhkan kreativitas dan inspirasi. Tetapi, perdamaian juga membutuhkan
cinta kepada sesama manusia, toleransi, dan kejujuran. Tanpa itu, Yerusalem tak
akan menjadi "City of Peace", melainkan "City of War". (Sumber:
Fb Primus Dorimulu, ditulis awal Januari 2017 usai berziarah ke Mesir, Sinai,
Yerusalem, Bethlehem, Yerikho, Laut Mati, Danau Galilea, Sungai Yordan, Gunung
Tabor, Haiva, Nazareth, Kana, dan Yordania, 22 Desember 2016 hingga 2 Januari
2017).
Ket foto: Kota
Yerusalem (gbr 1) dan penulis (Primus Drimulu) dengan latar belakang kota Yerusalem.
Sumber foto: https://4.bp.blogspot.com & Primus
Dorimulu


Luar biasa
ReplyDelete