POTENSI kawasan laut Lembata dan sekitarnya menyimpan keindahan alam, terutama bawah air yang sangat menakjubkan. Biota laut langkah ditemukan di kawasan ini seperti lumba-lumba dan ikan paus.
Jenis biota laut dilindungi juga hidup di kawasan ini seperti penyu sisik, penyu hijau, trochus niloticus, tridacna maxima, tridacna squamosa, tridacna crocea dan Hippopus hippopus. Tim peneliti menyerankan kawasan Pulau Lembata dan sekitarnya sangat perlu sebagai kawasan konservasi laut daerah.
Demikian diungkapkan Site Manajer WWF Solor - Alor - Lembata (Solar), Ayi Hidayat Adisastra, saat mempresentasikan hasil studi base line ekologi Kabupaten Lembata Kepada anggota Bappeda Lembata, DPRD, Dinas Perikanan dan lembaga terkait di Lewoeba, Jumat (30/10/2009) siang.
Ayi mengatakan, tim peneliti menemukan bahwa kualitas perairan di lokasi yang yang menjadi lokasi perencanaa kawasan konservasi laut (KKL), terdapat lima lokasi dengan kategori ikan karang tinggi. Lokasi itu berada di Pasir Putih, Batu Manu, Tanjung Ile Ape, Tanjung Tuak, dan Pulau Gunung Batutara.
Lima lokasi ini dapat diusulkan sebagai daerah perlindungan laut dengan pemanfaatan terbatas (zona II).Lokasi lainnya Babokerong, Tanjung Komi dan Tanjung Baja sebagai daerah perlindungan laut pemanfaatan berkelanjutan (Zona III) dapat dikatakan relatif masih baik untuk kehidupan karang dan biota laut.
Keadaan ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi daya dukungnya untuk kehidupan terumbu karang dan biota lainnya. Pulau Gunung Batutara, menyimpan potensi ikan cukup besar perlu diperhatikan khusus dan perlindungannya ditingkatkan. Tanjung Tuak merupakan daerah yang dapat ditingkatkan statusnya dari zona II menjadi zona inti (zona I), karena potensi ikan target ditemukan di lokasi ini cukup besar.
Temuan penting lainnya, jenis ikan mayor (jenis ikan berukuran kecil 5-25 cm), mendominasi perairan Pulau Lembata dibanding dengan ikan indikator atau ikan target lain. Ikan mayor memiliki karakeristik warna beragam dikenali sebagai ikan hias melimpah jumlahnya, baik individu, jenis dan cendrung bersifat teritorial.
Sedangkan jenis ikan indikator atau ikan karang yang khas, mendiami terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistim terumbu karang jumlahnya tak banyak teridentifikasi.
Sebab, rata-rata titik stasiun pengamatan merupakan daerah pemanfaatan perikanan secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan (destructive fishing) menggunakan bom, bius dan pukat harimau. Ikan indikator diwakili family chaetodontidae (ikan kepe-kepe).
Jenis ikan target relatif rendah dan spesies mendominasi seperti ikan salmaneti, ikan bibir tebal, ekor kuning, ikan batuna, kakap dan kerapu bebek. Menurut tim peneliti, pencemaran dan perusakan lingkungan dicegah sedini mungkin sehingga kelestarian sumber daya yang ada tetap terjaga dan lestari.
Ket foto: Potensi perikanan laut Kabupaten Lembata sangat besar, namun belum dikelola secara maksimal. Di desa nelayan Lamalera, Kecamatan Wulandoni, warga menggantungkan hidup dari laut. Foto: dok. www.travelingindonesia.co.cc
Sumber: Pos Kupang, 2 November 2009
Sumber: Pos Kupang, 2 November 2009
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!