Kegiatan eksploitasi mangan secara liar di Timor Barat dilakukan secara besar-besaran oleh pengusaha dari luar Nusa Tenggara Timur. Mereka diduga membayar pejabat setempat pada setiap tingkat perizinan antara Rp 1 miliar - Rp 2 mliar.
Sebagian besar lokasi mangan telah diambilalih beberapa pejabat termasuk oknum anggota Polda NTT dengan cara membeli lokasi dari pemilik tanah setempat. Angota Yayasan Perkumpulan Masyarakat Penanggulangan Bencana NTT Josep Boli di Kupang, Senin (15/2) mengatakan, jika di daratan Pulau Flores masyarakat lokal masih berteriak menentang dan melarang pengusaha dan pemerintah daerah melakukan eksploitasi, tetapi di Timor Barat kegiatan itu justru dibiarkan.
"Masyarakat Timor Barat terlalu percaya pada janji palsu para pengusaha dan pejabat daerah setempat. Semua sumber daya alam lokal telah diambil tetapi imbas dari semua itu tidak pernah mereka rasakan. Mereka tetap miskin dan terbelakang," katanya.
Sumber daya alam batu warna di Kolbano dan batu marmer di Timor Tengah Selatan telah habis diambil pengusaha. Kini, mereka beralih ke batu mangan. Pihak yang paling diuntungkan adalah pengusaha mangan sementara masyarakat menderita kerugian ganda. Hasil alam habis diambil, lingkungan rusak, hutan huatn dbabat, tetapi mereka tetap miskin.
Anggota DPR NTT John Umbu Detta mengatakan, Gubernur NTT Frans Lebu Raya perlu membuat peraturan yang mengatur penambangan mangan NTT, sebelum peraturan pelaksana UU No 4/2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara diterbitkan.
"Sebelum peraturan pelaksana terbit, pengusaha bergerilya ke mana-mana di seluruh pelosok NTT mencari mangan. Masyarakat tetap miskin tetapi pengusaha dari luar semakin kaya," kata Detta.
Sebagian besar lokasi mangan telah diambilalih beberapa pejabat termasuk oknum anggota Polda NTT dengan cara membeli lokasi dari pemilik tanah setempat. Angota Yayasan Perkumpulan Masyarakat Penanggulangan Bencana NTT Josep Boli di Kupang, Senin (15/2) mengatakan, jika di daratan Pulau Flores masyarakat lokal masih berteriak menentang dan melarang pengusaha dan pemerintah daerah melakukan eksploitasi, tetapi di Timor Barat kegiatan itu justru dibiarkan.
"Masyarakat Timor Barat terlalu percaya pada janji palsu para pengusaha dan pejabat daerah setempat. Semua sumber daya alam lokal telah diambil tetapi imbas dari semua itu tidak pernah mereka rasakan. Mereka tetap miskin dan terbelakang," katanya.
Sumber daya alam batu warna di Kolbano dan batu marmer di Timor Tengah Selatan telah habis diambil pengusaha. Kini, mereka beralih ke batu mangan. Pihak yang paling diuntungkan adalah pengusaha mangan sementara masyarakat menderita kerugian ganda. Hasil alam habis diambil, lingkungan rusak, hutan huatn dbabat, tetapi mereka tetap miskin.
Anggota DPR NTT John Umbu Detta mengatakan, Gubernur NTT Frans Lebu Raya perlu membuat peraturan yang mengatur penambangan mangan NTT, sebelum peraturan pelaksana UU No 4/2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara diterbitkan.
"Sebelum peraturan pelaksana terbit, pengusaha bergerilya ke mana-mana di seluruh pelosok NTT mencari mangan. Masyarakat tetap miskin tetapi pengusaha dari luar semakin kaya," kata Detta.
Sumber: KOMPAS.COM, 15 Februari 2010
Gubernur NTT Frans Lebu Raya
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!