SAYA
tak pernah tahu siapa itu tuan Janssen atau lengkapnya Pastor Arnoldus Janssen
SVD. Apakah Arnoldus Janssen adalah seorang guru agama, kepala kampung atau tua
adat yang disegani di kampung kami, saya asli tak tahu. Menyebut beberapa nama
kampung di wilayah Paroki Santu Petrus Paulus Lamalera, Paroki Santu Joseph
Boto maupun Paroki Santa Maria Ratu Damai Mingar pun asing di telinga sebagai
anak kampung. Apalagi nama-nama tuan (pastor) dorang kala itu. Yang ada adalah
ada karya Misi SVD di Boto berupa karya Misi lewat lembaga pendidikan SDK Boto,
almamater saya dan kebun kopi di Klua Lef Molu dan Komunitas Susteran SSpS Boto
yang berkarya melalui Poliklinik Santu Rafael Boto dan kebun susteran di Bunga
Folor, arah barat dusun Boto (Desa Labalimut). SMP Lamaholot Boto (kini SMP
Negeri Nagawutun) juga menjadi lahan pengabdian lain para suster SSpS Boto. Di
SMP swasta ini saya dan rekan-rekan diajar mata pelajaran Agama dan Seni para
suster SSpS. Seorang guru kami, Sr Helena Wewo SSpS, saat ini mengabdi di Maumere.
Dua teman kelas: Sr Amaria Labaona SSpS dan Sr Rosa Nogo Ketoj SSpS mengikuti
jejak guru asal Mataloko ini.
Tiga
wilayah Gerejani: Paroki Lamalera, Boto, dan Mingar atau akrab dengan sebutan
Labomi di selatan Pulau Lembata, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka, Nusa
Tenggara Timur, pun hanya saya dengar tatkala koster sebut dalam beberapa
kesempatan kami nongkrong baik di pastoran maupun susteran SSpS Boto saat masih
anak ingusan. Padahal, tiga paroki ini adalah wilayah karya pelayanan Societas
Verbi Divini (SVD) alias Serikat Sabda Allah. Serikat ini didirikan Psstor
Arnoldus Janssen SVD. Seingat saya -kalau tak salah- tahun 79-80-an, Paroki
Lamalera dipimpin Pastor Arnoldus Dupont SVD. Sedang Paroki Boto dipimpin
Pastor Lambertus Paji Seran SVD. Kemudian Paroki Mingar dipimpin Pastor
Conradus Trumer SVD.
Tahun
1979 hingga 1980-an saya dan teman-teman kerap bertamu di susteran SSpS Boto.
Menyalami dua misionaris asal Amerika dan Belanda: Sr Amaria SSpS dan Sr
Dorothildis SSpS membawa kebahagiaan tersendiri. Mendengar Suster Amaria dan
Dorothildis omong bahasa Inggris terasa memanjakan telinga sebagai anak kecil.
Apalagi kalau dibawa masuk dan dipersilahkan duduk di atas kursi kayu besar
yang halus karena dipolitur karya misi SVD, rasanya saya jadi orang besar.
Macam uskup atau Paus duduk di kursi kebesaran. Kalau mau tes duduk di kursi
kami akan duduk bergantian sejenak. Merasakan kursi yang disekap halus. Diajak
suster melihat foto Pastor Arnoldus Janssen dan para pembesar SVD sedunia di
dinding rumah susteran, bikin tambah bingung tapi kagum. Bingung karena tak
kenal siapa itu tuan Arnoldus Janssen. Kagum karena foto hitam putih yang
berukuran besar itu bisa sampe digantung di dinding pendopo rumah tua
peninggalan tuan Ani Knoor (lengkapnya Pastor Jan Knoor SVD). Pun gitar listrik
warna merah yang dibawa entah Suster Amaria atau Dorothildis dari negaranya.
Tuan Ani Knoor ini pernah mengabdi di Paroki Boto sebelum kembali ke negaranya.
Tatkala
beranjak dewasa saya perlahan menyadari betapa SVD yang didirikan Pastor
Arnoldus Janssen SVD sungguh luar biasa. Apalagi melihat kegigihan pengabdian
para imam SVD malalui figur seperti tuan Arnoldus Dupont SVD di Lamalera maupun
tuan Trumer di Mingar. "Kalau tuan Dupon lewat naik kuda atau tuan Trumer
datang pikul tas kulitnya, engko beri hormat dan pegang tangannya. Cium
tangannya. Nanti tuan kasi engko berkat banyak. Tapi hati-hati, banyak turis
putih lewat untuk ambil kepala anak kecil," kata ayah saya kala itu. Turis
putih lewat di kampung untuk ambil kepala anak kecil? Turis asing putih lewat
di kampung bikin apa? Lalu kenapa dorang mau ambil (potong) kepala anak kecil?
"Jadi, kamu anak kecil harus rajin pigi doa pas hari Minggu. Siapa tau
kamu juga bisa liat turis putih. Mereka kadang pimpin Misa di Gereja kita,"
kata ayah saya menasehati.
Tuan
Trumer meski tugas di Mingar (Desa Pasir Putih) atau tuan Dupon tugas di
Lamalera, kerap juga ke Boto, kampung saya. Mereka hadir untuk sekadar bertemu
para konfrater di Boto atau ada pertemuan di antara para imam dan biarawan
biarawati. Trumer punya kisah tersendiri. Konon, kalau melewati hutan saat
turne dan bertemu hewan hutan entah rusa atau babi yang terluka karena diburuh,
maka ia akan segera turun dari kudanya. Trumen akan sigap mengambil obat-obat
yang ia bawa kemudian mengobati hewan liar itu kemudian dilepas di habitat
aslinya, hutan belantara. Sedang tuan Dupont terkenal sangat saleh dan pendoa
yang baik. Ia konon pernah berdoa meminta hujan setelah sekian bulan hujan tak
datang-datang pada musimnya yang berbuntut petani resah. Akhirnya hujan turun
deras usai ia berdoa. "Mereka dua itu orang suci. Jadi kalau suster sudah
kasih bunyi lonceng pertama kali kamu sudah duduk sopan di dalam Gereja. Dengar
kotbah baik-baik. Tida boleh baku ganggu dalam Gereja. Nanti besok-besok ada
yang bisa ikuti dorang jadi tuan atau suster. Suster Amaria dan Dorothildis
saja dorang kasi tinggal kampungnya di barat sana untuk datang di kampung
melayani kita," kata ayah saya menasehati.
Saya menyadari
betapa karya Tuhan melalui SVD dan SSpS menyata di kampung kami. Benih
panggilan tumbuh subur. Sejak jaman tuan Knoor, tuan Lamber Padji Seran, tuan
Nicholas Strawn SVD hingga kini. Sekadar tambahan, tuan Niko, imam asal Iowa,
Amerika Serikat, mengabdi selama 17 tahun setelah pindah dari Paroki Lerek,
Atadei. Karena itu mulai ada orang sekampung mulai memenuhi panggilan Tuhan
Sang Sabda. Saya mencatat baik ada anak kampung memilih menjadi biarawati
seperti mama Sr Erenbertha de Ona SSpS, mama Sr Maria Bernadete Ketoj, SSpS,
mama Sr Vinsensia Pukan SSpS dan mama Sr Kristina Kopa Udak, SSpS. Tiga nama
biarawati itu berasal dari stasi Boto dan menjadi perintis jalan panggilan
hidup membiara. Sedang mama Sr Kristin Kopa adalah puteri kakek Antonius
Urikame Udak, seorang sesepuh dari Uruor yang memilih merintis kampung dan
Kapel Stasi Santu Antonius Liwulagang. Kakek Urkame adalah seorang tetua adat
yang disegani di masanya. Jumlah ini belum terhitung dengan suster-suster muda
lainnya di stasi Boto maupun Paroki Boto yang menjalani Misi baik di benua
Eropa maupun benua lainnya.
Imam dan bruder?
Jangan tanya lagi. Di Paroki Boto banyak yang mengikuti jejak sebagai pelayan
Sabda. Beberapa imam sulung dari Boto saya sebut saja. Misalnya, kala itu ada
tuan Bernardus Ado Assan SVD (kini melayani sebagai awam setelah tanggal
imamatnya), dua bersaudara kandung: tuan Paskalis Bako Wujon SVD, misionaris di
China dan tuan Raymundus Beda Wujon SVD, dosen Unika St Paulus Ruteng, tuan
Stef Smata Pukan SVD, dan beberapa imam muda seperti tuan John Lebe Wuwur OCD
di Tomohon, tuan Patris Breket Mudaj, SSCC, misionaris di Jerman, tuan Alex Ola
Pukan SVD, tuan Florianus Wujon Pr, tuan Rikardus Breket Ketoj Pr, tuan
Joseph Pati Mudaj Msf, tuan Yohan de Ona Pr, serta beberapa bruder seperti
Bruder Ludo Btd dan Br Ulanaga Wuwur. Para imam dan bruder serta suster ini
adalah pelayan Sabda dari kampung kecil di Boto, lereng gunung Labalekan.
Cinta Tuhan kepada
seluruh umat Katolik di bawah kolong langit ini melalui karya SVD tak lepas
dari sang pendiri, Pastor Arnoldus Janssen SVD. Selain mendirikan SVD, tuan
Janssen juga mendirikan SSpS dan SSpS AP. Dan Paroki Santu Joseph Boto, di
tengah balutan hutan belantara kala itu, juga jejak SVD dan SSpS hadir. Tapi
kalau saya ditanya kala itu, antara 78-80-an semasih saya anak ingusan tentu
saya bisa berpeluang menjawab bahwa tuan Janssen itu anak seorang petani atau
kepala suku besar. Tapi, kini, jika ditanya begitu saya akan enteng mengatakan,
tuan Janssen itu orang Kudus, beliau Santo. Bahkan bisa dalam istilah bapa saya,
Santo Besar, karena karya-karya sosialnya menembus sekat sosial dan melintas
benua.
Siapa itu Santo
Arnoldus Janssen? Saya merujuk catatan seorang blogger yang ditulis pada 23
April 2015. Arnoldus Janssen lahir pada 5 November 1837. Ia lahir di Goch, sebuah
kota kecil di bagian barat dataran rendah sungai Rhein, Jerman. Ayahnya bernama
Gerhard Janssen, seorang petani. Ibunya bernama Anna Katharina Wellesen,
seorang ibu rumah tangga. Mereka adalah pasutri yang bekerja keras untuk
menjaga keutuhan keluarga dan pendidikan anak-anaknya. Mereka diakruniai
sebelas anak, tiga di antaranya meninggal dalam usia kecil. Keluarga Janssen
adalah keluarga yang sangat religius. Mereka tidak pernah mengabaikan perayaan
Ekaristi setiap hari, dan melakukan berbagai penghayatan devosi kepada Roh
Kudus, Malaekat Pelindung, Hati Yesus, Rosario dan khususnya kepada Sabda
Allah. Hampir setiap malam, sebelum waktu tidur, sang ayah membacakan Prolog
Injil Yohanes (Yoh 1:1-18) untuk seluruh keluarga.
Kebiasaan cinta
akan hal-hal rohani keluarga Janssen ini sungguh melekat dalam diri Arnoldus
Janssen. Dengan tekad bulat, ia masuk seminari di Gaesdonk tahun 1849. Pemuda
Janssen menerima tahbisan imamat pada 15 Agustus 1861. Selama masa pendidikan,
ia juga belajar Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Setelah tahbisan sebagai
imam Katolik, ia berkarya sebagai guru SMA di Bocholt tahun 1861-1873. Namun ia
juga sangat berminat terhadap karya kerasulan doa yang terarah pada usaha untuk
mempersatukan kembali umat Kristen, pewartaan Injil serta misi Gereja di antara
bangsa-bangsa. Tidak heran, tahun 1874 ia memprakrasai penerbitan 'Kleiner
Herz-Jesu-Bote' atau 'Utusan Hati Kudus Yesus'. Majalah ini menulis gagasan
tentang misi dan ekumene. Dari sinilah, tidak lama kemudian, ia melontarkan gagasan
tentang pentingnya mendirikan Rumah Misi di Jerman. Maksudnya, untuk mendidik
dan mengutus para misionaris ke berbagai belahan dunia.
Gagasan ini
diajukan kepada Uskup Raimondi, peserta pendiri seminari Misi di Milan, Prefek
Apostolik dan tidak lama kemudian kepada Uskup di Hongkong, yang kebetulan
menjadi tamu Pastor Ludwig von Essen di Neuwerk, dekat Mönchengladbach.
Tanggapan sungguh positif. Bahkan Uskup Raimondi mendesak bahwa jika tidak ada
yang mau bertindak, maka Arnoldus Janssen sendiri harus mendirikan Rumah Misi
tersebut.
Dengan bersusah
payah, dan disertai keberanian yang luar biasa serta ketekunan yang ditopang
oleh kesalehannya, akhirnya ia berhasil mendirikan rumah misi sekaligus
seminari untuk mempersiapkan calon misionaris ke seluruh dunia. Akhirnya, pada 8
September 1875, bertempat di Steyl, Belanda, Arnoldus Janssen membuka Rumah
Misi “St. Mikhael”, yang menjadi Rumah Induk “Serikat Sabda Allah atau SVD.”
Seiring dengan
perjalanan waktu, ia juga mendirikan dua kongregasi misi para suster, yaitu
SSpS pada 8 Desember 1889 dan SSpS Adorasi Abadi pada 8 Desember 1896, yang
merupakan suatu Tarekat kontemplatif. Dari sini, Arnoldus Janssen sungguh
menyadari bahwa karya misi haruslah selalu diletakkan pada dua pilar utama,
yakni karya dan doa.
Berawal dari Cina,
sebagai cinta pertama daerah misinya, ketiga kongregasi misi tersebut sungguh
berkembang dan berkarya di seluruh belahan dunia. Arnoldus Janssen meninggal
pada 15 Agustus 1909. Tanggal 19 Oktober 1975, ia digelari “Beato” oleh Paus
Paulus VI dan pada 5 Oktober 2003, bersama dengan Josef Freinademetz
(misionaris pertama SVD), ia digelari Santo (Orang Kudus dalam tradisi Gereja
Katolik). Ia membaktikan seluruh hidupnya untuk karya misi Allah dengan selalu
berkeyakinan pada kehendak Allah, sebagaimana terungkap dalam kata-katanya,
“Ketika saya mendirikan Serikat ini, orang umumnya berkata bahwa pekerjaan ini
tidak akan berhasil. Memang sungguh benar karena mereka melihat pada diri saya
yang menyedihkan. Kendati semua ini, Tuhan telah menghendaki bahwa pekerjaan
itu berhasil dan teristimewa dengan suatu cara yang tidak pernah saya pikirkan
bahwa itu mungkin.”
Jika dilihat dari
kacamata iman, Tuhan melakukan kerja-kerja yang kerap berada di luar akal sehat
manusia. SVD berkembang meluas di bawah kolong langit ini melalui karya Misi
dan diri para imam, biarawan dan biarawati serta bruder dan frater. Melintas
benua-benua di dunia. Tuhan menciptakan sejarah yang sama sekali mencengangkan
dan kerap bikin manusia takluk dan khusuk dalam doa sebagai ungkapan betapa
Tuhan sungguh Ajaib. Karya Tuhan itu menukik sampe di lekuk gunung dan lembah
di Boto, kampung nun di tengah lahan pertanian subur di Lembata. Pun melalui
SVD, Tuhan mengarahkan pandangan-Nya ke Keuskupan Larantuka, di atas Waibalun,
kampung mungil di beranda Solor di atas Gonzalu, selat antara Larantuka dan
Adonara. Tuhan memanggil seorang anak desa bernama Dr Paulus Budi Kleden SVD,
seorang anak guru dari keluarga yang saleh menahkodai SVD sejagat. Saya akrab
menyapa dengan tuan Budi, seorang imam sederhana, rendah hati, dan cerdas. Tuan
Budi memenuhi tugas perutusan menjadi orang nomor satu SVD Sedunia di Roma. Ia
menyusul kakaknya, Dr Leo Kleden SVD, ngepos di markas SVD. Mengikuti jejak
tuan Dr Markus Solo Kewuta SVD, seorang ahli Islam dan Penasehat Paus Wilayah
Asia dan Semenanjung Sahara, Afrika dan duduk di desk Dialog Antaragama
berbasis di Roma. Jadi, kalau Presiden RI atau pejabat tinggi negara mau ke
Roma, tentu tuan Markus Solo, orang kampung dari Lewouran, Flores Timur, bantu
dorang.
Jangan tanya apa
saya pernah bersua atau kenal langsung tuan Budi Kleden. Paling-paling nama
beberapa kerabatnya yang hebat seperti sosiolog Dr Ignas Kleden, wartawan
senior Stephie Kleden-Beetz atau mantan wartawati senior TEMPO Hermien Y
Kleden, dan lain-lain. Tuan Budi saya cuma tau namanya saat beberapa kali kami
menulis di Harian Pos Kupang, mingguan Dian dan koran Flores Pos milik SVD
bahkan beberapa media nasional seperti Kompas dan Media Indonesia (MI). Di MI
juga tuan Budi menulis. Saya cuma -selalu saya guyon- hanya gara-gara saja
menulis. Musiman. Nah, saya beruntung karena suatu waktu diajak Zuhairi Misrawi
(Gus Mis) intelektual muda Islam mengikuti diskusi soal filsafat di kampus
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta. Di sana tuan Budi, yang menulis
buku 'Menukik Lebih Dalam' menjadi salah satu pembicara. Di sini saya bertemu
langsung sosok tuan Budi, yang saat ini tengah menjalani tugas sebagai Superior
Generalat SVD Sejagad berkedudukan di Roma. Mengingat dan mengenang karya SVD
dan SSpS di Boto, kampung saya sekaligus mengingat sang pendirinya, Santo
Arnoldus Janssen dan tuan Budi. Kalau hari ini Gereja Katolik Sejagad merayakan
syukur atas jasa tuan Janssen sebagai pendiri SVD, SSpS, dan SSpS AP berserya
karya mulianya bagi umat Katolik dan umat agama lain di muka bumi ini, maka
catatan saya ini itung-itung jadi doa dan terima kasih saya paling kecil.
Catatan ini juga doa saya untuk tuan-tuan dan suster yang memulai ajar kami
jadi manusia yang 100 persen Katolik dan 100 persen warga negara. Selamat
Merayakan Ulang Tahun Pelindung Santo Arnoldus Janssen. Selamat Ulang Tahun,
Societas Verbi Divini. Terima kasih, Santo Arnoldus Janssen. Selamat pagi, tuan
Budi. Selamat berbahagia bagi para anggota SVD, SSpS dan SSpS AP terkhusus dari
Paroki Labomi, kampung halaman di seluruh dunia...
Jakarta, 15 Januari 2020
Ansel Deri
Warga Paroki St
Antonius Padua, Keuskupan Agung
Jakarta;
Mengenang Santo
Arnoldus Janssen beserta karya Misinya bagi dunia.
Ket foto: Santo
Arnoldus Janssen
Sumber foto: news.mb.com
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!