Headlines News :
Home » » Resensi 1000 Pertanyaan soal Kepemimpinan

Resensi 1000 Pertanyaan soal Kepemimpinan

Written By ansel-boto.blogspot.com on Monday, March 14, 2016 | 4:55 PM

Oleh Fery Herdiman 
Editor www.indonesiasatu.co

MENGAPA yang dibahas buku ini pemimpin dan kepemimpinan, bukan elite dan keelitean? Konteksnya lain (berbeda). Sebagaimana kepemimpinan dan kemanajemenan, keelitean, dan kepemimpinan meninggalkan sejumlah perbedaan, bahkan secara substansi.

Nanti Anda akan sampai pada semacam kesimpulan bahwa elite itu sekadar pimpinan, yang belum tentu pemimpin. Pimpinan dan pemimpin itu berbeda. Perbedaannya apa, dapat dijawab dengan menjelaskan perspektif dan kepemimpinan. Lantas, apa yang dimaksudkan dengan kepemimpinan politik? Kepemimpinan (politik) dapat dipahami dalam tiga perspektif: 1) kepemimpinan sebagai pola perilaku; 2) kepemimpinan sebagai kualitas personal; 3) kepemimpinan sebagai nilai politik.

Sebagai pola perilaku, kepemimpinan terkait sekali dengan kemampuan untuk memengaruhi yang lain dalam mengupayakan tujuan yang diharapkan. Kata kuncinya influence atau pengaruh. Inilah dua contoh pertanyaan sekaligus jawaban dalam buku Wawasan Kepemimpinan Politik, Perbincangan Kepemimpinan di Ranah Kekuasaan karya M Alfan Alfian, terbitan PT Penjuru Ilmu Sejati, yang baru saja keluar dari percetakan.

Buku setebal 679 halaman ini terbilang unik. Penulis menggunakan metode tanya jawab. Penulis sendiri yang bertanya dan kemudian mengurai jawabannya. Penulis, yang juga dosen ilmu politik di Universitas Nasional (UNAS) Jakarta ini, mengaku metode tanya jawab terinspirasi pada teknik propaganda politik Tan Malaka.

Teknik tanya jawab, menurut peraih doktor Ilmu Politik dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini digunakan sekadar untuk mempermudah pembaca. Karena ditulis secara tanya jawab, buku ini bersifat ulangalik: bisa dibaca para pembesar politik maupun siapa saja. Dengan tanya jawab, sejauh mungkin penulis berbicara dengan bahasanya untuk menjelaskan banyak hal secara sederhana dalam kemasan entengentengan .

Ini dilakukan agar membaca buku ini bisa dilakukan sambilongkang-ongkang (hal74). Namun, kemasan tanya jawab agar bisa membacanya secara enteng tidak dimaksudkan bahwa kepemimpinan politik itu sebuah ilmu yang entengentengan , apa lagi tidak penting. Buku ini justru sangat penting dan relevan.

Betapa tidak, di antara belantara buku yang hadir, tema kepemimpinan (politik) masih sangat kurang, bahkan sangat jarang digarap. Politik dan kekuasaan seperti dua sisi dari satu mata uang yang sama. Seseorang yang menempuh jalan hingarbingar politik mustahil tidak mengimpikan kekuasaan. Kekuasaan itu memesona sehingga orang mengejarnya habishabisan, termasuk menghalalkan segala cara.

Orang sering lupa bahwa kekuasaan itu bukan tujuan, tapi hanya alat untuk mencapai tujuan akhir yaitu kesejahteraan rakyat. Jadi, kekuasaan hanya tujuan antara atau jangka pendek. Ketika kekuasaan menjadi tujuan akhir, tidak heran jika seseorang yang empunya kuasa itu jatuh terjerembab.

Kekuasaan sering membuat orang lupa diri. Agar kekuasaan tidak justru menjerumuskan seseorang, dibutuhkan pengelola sekaligus pemandu dan pengendali. Pengendali itu disebut dengan kepemimpinan. Kepemimpinan bukan sekadar relasi antara pemimpin dan yang dipimpin , tetapi upaya membimbing anggota (yang dipimpin) mencapai tujuan bersama (hal 130).

Pada titik ini, peran kepemimpinan sangat sentral dan penting. Pemimpin dan kepemimpinan akan membuat politik itu menjadi sebuah seni, sekaligus menjadikan kekuasaan yang dimiliki bisa berjalan efektif. Buku ini terbagi dalam empat (IV) bagian. Bagian I (Pendahuluan) berisi tanya jawab tentang kepemimpinan politik, mengapa menarik? Bagian II buku ini menjawab pertanyaan seputar kepemimpinan.

Penulis juga mengulas tentang perbedaan pemimpin dan manajer. Selain itu, ada bahasan tentang gaya kepemimpinan dan jenis-jenis kepemimpinan. Bagian III buku ini berisi tanya jawab tentang kekuasaan, sedangkan bagian IV membahas tentang manajemen kepemimpinan politik.

Bagian ini berisi semacam ”panduan praktis” meraih kekuasaan politik karena membahas tentang strategi dan pemasaran politik. Bagian ini juga mengulas tentang urgensi mengelola kekuasaan, baik pada saat sebelum (pra), saat, dan pasca-berkuasa. 
Sumber: sindonews.com, 13 Maret 2016
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger