PENFUI, Nunkurus, dan Tenau. Dari Bandara Internasional El Tari di Penfui,
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana beserta rombongan bergeser ke Desa
Nunkurus dan terakhir di Pelabuhan Tenau didampingi Gubernur Viktor Bungtilu
Laiskodat.
Jokowi, NTT &
Laiskodat boleh jadi tiga topik yang saat ini memenuhi kepala sebagian
masyarakat. Hal ini bisa dimaklum saja. Jokowi adalah presiden. Ia kembali
hadir di NTT, provinsi yang kini dipimpin Gubernur Laiskodat. Provinsi yang
masih berpacu mengejar berbagai ketertinggalan.
Jokowi, presiden
dan pemimpin bersahaja. Ia wong deso, orang kampung. Lahir di Surakarta pada 21
Juni 1961. Bekas Walikota Solo ini pernah merasakan kehidupan sebagai orang
kampung dari bantaran sungai bersama kedua orangtuanya, Noto Mihardjo dan
Suhiatmi. Dan kali ini, kita semua, warga NTT merasa gembira.
Kali ini Jokowi hadir
di NTT, di tanah Flobamora. Gembira, tentu. Tapi tak sebatas itu. Ada harapan
jauh lebih penting bagi masyarakat dan daerah ini. Sentuhan anggaran
pembangunan dari pos lain dari pusat di luar DAU, DAK, dan lain-lain. Ini tentu
juga menjadi harapan Gubernur Laiskodat dan Wakil Gubernur Nae Soi.
Gubernur Laiskodat
kita tahu tipikal pemimpin dengan pengalaman dan jaringan luas. Politisi, ya.
Pengusaha, ya. Lama pula merasakan kerasnya Jakarta sebelum dipercaya rakyat
masuk Senayan sebagai wakil rakyat.
Jokowi dan
Laiskodat kawan karib di dunia politik. Laiskodat didapuk sebagai Ketua Fraksi
NasDem DPR. Sedang Jokowi menjabat Presiden periode pertama. Laiskodat segera
meninggalkan Senayan setelah terpilih jadi gubernur.
Dan kunjungan
Jokowi beruntun ke NTT tak lepas dari kemampuan Laiskodat berkomunikasi dengan
Jokowi. Mengapa? NTT masih butuh Jakarta. NTT masih perlu Jokowi untuk ikut
membenahi kekurangan sana sini.
Dalam akun resmi Facebook
miliknya, Presiden Joko Widodo, sebelum meninggalkan Kupang, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menulis sebagai
berikut:
Sebelum kembali ke
Jakarta, kemarin sore, saya mampir di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, meninjau
aktivitas bongkar muat di sana. Saya sempat menyaksikan pengangkutan hewan
ternak ke Kapal Ternak Camara Nusantara 3. Kapal hendak membawa 470 ekor sapi
ke Kalimantan.
Kapal-kapal
pengangkut ternak sapi dari NTT paling banyak ke Jakarta. Dari enam trayek
kapal ternak, lima trayek dari NTT. Dulunya kapal-kapal hampir kosong,
lama-lama terisi, sekarang malah penuh terus. Karena itu, subsidi dari
pemerintah juga sudah jauh berkurang. Setiap tahunnya, sekitar 70.000 sapi
dikirim dari NTT ke Pulau Jawa, terutama ke Jakarta dan sekitarnya.
Kapasitas Pelabuhan
Tenau sendiri masih bisa dioptimalkan. Aktivitas bongkar muat di tahun 2018 di
pelabuhan ini baru hampir separuh kapasitasnya yang 240.000 TEUs per tahun.
Pemerintah
mengupayakan agar ke depannya, selain kapal ternak, Pelabuhan Tenau juga
dipadati dengan hilir mudik kapal-kapal yang membawa muatan ke daerah lainnya.
Garam, misalnya. Sapi yang dikirim juga sudah berupa daging beku.
Jakarta, 22 Agustus
2019
Ansel Deri
Ket foto: Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur Nusa Tenggara Timur
Viktor Bungtilu Laiskodat (kiri) dan Walikota Kupang Jefri Riwu Kore saat
meninjau Pelabuhan Tenau, Kupang sesaat sebelum Presiden Jokowi dan Ibu Negara
beserta rombongan kembali ke Jakarta.
Sumber foto: dok Facebook Presiden Joko Widodo
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!