Headlines News :
Home » » Satu Tahun Laiskodat-Nae Soi

Satu Tahun Laiskodat-Nae Soi

Written By ansel-boto.blogspot.com on Thursday, September 05, 2019 | 6:06 PM

Oleh Ansel Deri
Staf Drs Y. Jacki Uly MH, Anggota DPR Dapil NTT 2

SELASA 9 Januari 2018 malam. Kala itu saya tengah berdiri berdesak-desakan dalam perut bus Transjakarta jurusan Stasiun Palmerah-BNN di daerah Cawang, Jakarta. Melalui Reni Rumlaklak, rekan sesama staf yang ngepos di DPR, Senayan, atas perintah Viktor Bungtilu Laiskodat, anggota sekaligus Ketua Fraksi NasDem DPR, saya diminta menyiapkan diri segera ke bandara malam itu juga.

Tim pemenangan gabungan koalisi partai pendukung pasangan Viktor Bungtilu Laiskodat-Josef Adreanus Nae Soi (selanjutnya: Laiskodat-Nae Soi) akan mendaftar paslon dengan tagline “Victory Joss” di KPUD NTT, Rabu (10/1). Kode boooking tiket langsung dijapri. Terbiasa kerja cepat, tepat, terukur, dan bertanggung jawab seperti pimpinan, dini hari saya sudah merapat di kediaman Laiskodat, bilangan Monginsidi, Kota Baru, melapor diri untuk bergabung dan terlibat langsung di belakang layar dalam sosialisasi pasangan ini di seluruh wilayah di NTT.

Kala itu Laiskodat adalah calon gubernur yang diusung dan didukung koalisi parpol di DPRD NTT, baik yang punya seat atau non seat. Nama Laiskodat, saat itu paling terakhir muncul, setelah mendapat mandat Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem. Surya ingin masyarakat NTT di bawah gubernut baru nanti segera bersinar, terbang cepat agar masyarakat lebih sejahtera. Tak perlu berkubang lama dalam ketertinggalan multi sektor. Dari empat paslon gubernur-wakil gubernur, pilihan masyarakat tak meleset.

Duet Laiskodat-Nae Soi akhirnya mendapat mandat rakyat untuk satu tekad bergandengan tangan membangun tanah Flobamora lima tahun ke depan. Pada 5 September 2018, bersama sejumlah gubernur-wakil gubernur terpilih dari seluruh Indonesia, Presiden Joko Widodo melantik Laiskodat-Nae Soi di Istana Negara, Medan Merdeka, Jakarta. Hari ini, genap setahun Laiskodat-Nae Soi memimpin tanah Flobamora. Lalu apa yang bisa direfleksikan dari perjalanan setahun  usia kepemimpinan Laiskodat-Nae Soi? Apa kiat memajukan daerah?

Wajah ganda

Pada 5 September 2019, duet Laiskodat-Nae Soi genap setahun menjadi gubernur dan wakil gubernur. Tentu belum saatnya melihat gebrakan dan hasil yang dicapai keduanya. Kita tahu, Laiskodat adalah tipikal gubernur yang “kepala batu”. Ia berhasil meyakinkan Jokowi datang di NTT empat kali selama 2019 di tengah kesibukan Jokowi mengurus negara. NTT, suka tidak suka, adalah daerah yang masih erat dengan kemiskinan dan ketertinggalan di berbagai aspek. Ia punya wajah ganda ketertinggalan.

Bahkan dalam beberapa diskusi dengan Laiskodat dan beberapa politisi wakil rakyat asal NTT di Senayan, Laiskodat pun menampik stigma itu. Laiskodat berkilah, NTT adalah daerah potensial, kaya raya, namun minim sentuhan kepiawaian pemimpin sebelumnya dengan kuasa formal yang dimiliki untuk bekerja dengan hati memajukan daerah ini. NTT berhadapan muka dengan dua negara, Australia dan Timor Leste, yang mesti dibawa lari bahkan “terbang” (istilah Laiskodat) bersaing dengan negara tetangga, bukan dengan provinsi lain. Mengapa demikian, paling kurang ada beberapa alasan.

Pertama, NTT sungguh butuh seorang gubernur yang “nakal”, pekerja keras, sudah selesai dengan dirinya, dan tegas namun tetap rendah hati dalam memimpin. Hal ini penting karena dari setiap rotasi kepemimpinan daerah: dari gubernur yang satu ke gubernur yang lain, bupati ke bupati, camat ke camat, kepala desa/temukung ke kepala desa/temukung yang lain memimpin di wilayahnya masing-masing, namun kemiskinan masih lengket. Kemiskinan masih menjadi karib setia. Hemat saya, ini bisa dimaksimalkan dengan pengalaman dan latar belakang Laiskodat-Nae Soi: gabungan politisi pengusaha dan politisi yang disegani yang lama berkiprah di tingkat nasional, punya jejaring luas dan punya kontribusi untu negara.

Kedua, di tingkat provinsi, dalam sejarah para gubernur terdahulu hingga saat ini sudah meletakkan dasar dan spirit perjuangan bersama masyarakat memajukan daerah ini lebih maju dan sejahtera lahir batin. Spirit kolektif yang tulus menjadi landasan perjuangan membangun tanah Flobamora sejak dulu sudah diletakkan. Mulai dari WJ Lalamentik (1958-1968), El Tari (1968-1978) dengan Program Tanam, Tanam, Tanam, Sekali Lagi Tanam, Wang Suwandi (April 1968-16 Juni 1968).

Berikut Ben Mboi (1978-1988) dengan Program Operasi Nusa Makmur, Operasi Nusa Sehat, dan Operasi Nusa Hijau, Hendrik Fernandez (1988-1993) melalui Program Gerakan Meningkatkan Pendapatan Asli Rakyat dan Gerakan Membangun Desa, Herman Musakabe (1993-1998) dengan gebrakan Tujuh Program Strategis, Piet A Tallo dengan Tiga Batu Tungku.

Setelah itu Frans Lebu Raya (2008-2018) dengan Program Anggur Merah. Kemudian Laiskodat (2018-2024) dengan visi NTT Bangkit Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Dalam Bingkai NKRI dengan core kebijakan menyasar aspek kesejahteraan, pariwisata, infrastruktur, SDM serta reformasi birokrasi dan menjadikan pariwisata dan garam sebagai motor penggerak, prime mover serta leading sector pembangunan daerah. Setiap berganti gubernur-wakil gubernur, semangat dan rasa memiliki memajukan NTT mesti merasuk dalam sanubari setiap pemimpin dan warganya agar daerah ini lekas bergerak ke arah yang lebih baik. Mengapa demikian?

Karunia Tuhan

Dalam Ekspedisi Jejak Peradaban NTT (2011) dilukiskan, NTT kaya budaya dan tradisi, dikruniai keindahan alam, sabana luas untuk peternakan, sejumlah tanah subur untuk perkebunan, serta potensi perikanan dan kelautan yang berlimpah. NTT memiliki keragaman budaya yang menonjol dibandingkan sebagian provinsi lain. Masyarakatnya tinggal di berbagai pulau yang sedikitnya memiliki kurang lebih 40 kelompok etnolinguistik. NTT juga memiliki banyak tokoh nasional yang sudah mengharumkan nama bangsa. Misalnya (sekadar menyebut beberapa nama) ahli radiologi WZ Yohannes, mantan rektor UGM Herman Yohannes atau Frans Seda, mantan menteri era Bung Karno dan pendiri Unika Atma Jaya Jakarta.

Masyarakat memiliki aneka kekayaan budaya dan tradisi yang unik, berbagai jenis kain tenun, alat musik khas, potensi garam yang besar, tradisi lefa, perburuan ikan paus di desa nelayan Lamalera dengan menggunakan sampan kecil dan tempuling sederhana, tradisi pasola dan wula poddu di Sumba, pesona sunset di Tenau saat matahari takluk di balik Semau, pulau asal Gubernur Laiskodat atau tradisi reba di Ngada dan Nagekeo bahkan caci di Manggarai yang sudah mendunia, dan lain-lain. Seluruh potensi tersebut bila disadari merupakan karunia Tuhan.

Upaya membangun NTT dengan problematikan yang melingkupinya tentu menuntut setiap pemimpin mempertaruhkan diri dan keluarga demi daerah yang kita cintai ini. Laiskodat-Nae Soi tentu juga sudah tahu strategi apa yang tepat memajukan daerah bersama rakyat. Salah satunya, membangun rasa percaya, trust, seluruh masyarakat bahwa NTT adalah provinsi yang sangat poensial dikembangkan memajukan daerah.

Trust mutlak dalam setiap relationship. Ia tak sekadar indah dalam kata namun mewujud dalam tindakan. Trust adalah nilai yang menjadi perekat antarsemua stakeholder memajukan daerah. Di tangan Laiskodat-Nae Soi, ada asa. Melchias Mekeng, Ketua Komisi Keuangan DPR jauh hari juga optimis. Kata Mekeng, “Untuk NTT, saya sudah lihat dari awal. Viktor dan Jos saling mengisi, mereka punya keunggulan. Ibaratnya satu tukang injak gas, satu tukang injak rem. Keduanya punya pengalaman politik mumpuni. Viktor punya jaringan bisnis kuat di Jakarta. Jos punya pengalaman mengurus infrastruktur di DPR RI. Keduanya didukung partai yang bagus.” Selamat kepada Gubernur dan Wakil Gubernur NTT untuk setahun kepemimpinannya. Tuhan berkati selalu. 
Sumber: Pos Kupang, 5 September 2019
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger