“Aku pulang……
Dari rantau….
Bertahun-tahun di negeri orang.
Oh, Malaysia…...”
Dari rantau….
Bertahun-tahun di negeri orang.
Oh, Malaysia…...”
PENGGALAN syair lagu Semalam di Malaysia itu menghiasi tayangan sebuah stasiun televisi swasta yang menyertai “drama” kepulangan ribuan TKI ke Tanah Air, baik legal maupun ilegal yang telah bertahun-tahun menyabung nasib di Tanah Jiran, Malaysia.
Tapi, kepulangan mereka bukan karena ringgit di kantong sudah membengkak. Bukan pula mereka berlibur layaknya perantau yang bertahun-tahun tinggal di negeri orang memburu rejeki. Mereka adalah anak-anak pertiwi yang dipulangkan setelah masuk Malaysia tanpa mengantongi dokumen-dokumen resmi laiknya bepergian ke Tanah Jiran.
Malaysia di mata pencari kerja asal Indonesia tak jauh seperti surga yang menawarkan segalanya. Malaysia juga bak seorang gadis cantik dari negeri seribu satu malam: menggoda. Tak ayal, setiap tahun, negeri Pimpinan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi itu kebanjiran ribuan bahkan puluhan ribu pekerja (buruh migran) dari berbagai negara, khususnya kawasan Asia Tenggara.
Indonesia disebut-sebut “menyumbang” TKI terbesar bagi Malaysia. Terbukti, ribuan pekerja nampak terlihat di perusahaan-perusahaan besar. Tak terkecuali di perkebunan-perkebunan sawit. Bahkan di rumah-rumah tauke (saudagar) kaya raya di Malaysia yang membuka usaha restoran atau rumah makan.
“Setelah mendengar informasi tentang kebutuhan pembantu rumah tangga (PRT) di Malaysia, saya memutuskan mendaftarkan diri pada sebuah perusahaan pengerah jasa TKI. Sebagai TKI legal, saya akhirnya bekerja di sebuah restoran di Kuala Lumpur dengan gaji sebesar RM. 450,” ujar Marlin, seorang TKW asal Indonesia. Marlin adalah salah satu contoh TKI yang lebih memilih melalui jalur resmi ketimbang tak resmi. Bagaimana ribuan TKI lainnya yang kini berada di Malaysia tanpa mengantongi dokumen keimigrasian? Barangkali, nasib mereka tak seberuntung Marlin. Dikejar-kejar aparat Kepolisian Diraja Malaysia, ditangkap kemudian dijebloskan ke dalam bui bahkan dicambuk adalah bagian tak terpisahkan yang menyertai rona kehidupan pahlawan devisa kita ini.
Nah, Senin (14/2) pagi ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertolak ke Malaysia. Nasib ribuan TKI ilegal di Tanah Jiran dapat ditentukan dari pertemuan dua Kepala Negara: SBY dan Abdullah Ahmad Badawi. Akankah kedua petinggi negara ini dapat mengurai benang kusut keberadaan TKI di Malaysia sehingga posisi mereka (TKI) menguntungkan kedua negara? Kita tentu percaya. Kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Tanah Jiran itu dapat mengatasi masalah TKI. Apalagi salah satu agenda kunjungan adalah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi mengenai persoalan TKI di Malaysia.
Menurut jadwal, sekitar pukul 9.30 waktu Malaysia, Presiden Susilo beserta rombongan akan tiba di Kuala Lumpur. Setelah itu pertemuan bilateral dilakukan dan akan diakhiri dengan konferensi pers bersama pada pukul 13.45. Kunjungan Kepala Negara ini ternyata tak jauh berbeda dalam agenda PM Abdullah Ahmad Badawi. Menurut Badawi, Presiden Susilo memang berharap lewat kunjungan ini permasalahan seputar TKI di Malaysia dapat dituntaskan.
Ya. Dua hari saja Kepala Negara berada di Tanah Jiran. Tapi, dua hari adalah waktu yang sangat berarti bagi keduanya mencari solusi bagi keberadaan pahlawan devisa kita. Bahkan kunjungan perdana Presiden Susilo ke Malaysia sejak menjadi Presiden Oktober 2004 silam dapat menyelesaikan persoalan TKI. Apalagi, hal ini menjadi kerinduan SBY yang selalu mengatakan bahwa pembahasan dan penyelesaian permasalah TKI akan menjadi agenda utama dalam pertemuan dengan Badawi.
Bila agenda dua Kepala Negara benar-benar tercapai maka penggalan syair lagu di awal tulisan ini bukan menggambarkan kekecewaan karena tiba di Tanah Air bermodal baju di badan. Atau pula hanya bermodal luka bekas cambuk para Polisi Diraja Malaysia. Bukan pula membawa kekecewaan karena “dipulangkan” secara paksa tanpa sepeserpun Ringgit di kantong.
Padahal, bertahun-tahun ia (TKI) berada di Malaysia, bekerja atas nama sebuah cinta pada keluarga yang terus didera tuntutan ekonomi. Mudah-mudahan, kunjungan dua hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun berhasil mengurai benang kusut keberadaan TKI kita.
Ansel Deri
Sumber: newscaptain.com
Sumber: newscaptain.com
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!