TADI malam Pak
Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan, Pak Agus Sriyono, menelpon saya meminta
untuk bersama-sama menerima Pak SBY, mantan Presiden RI, bersama Ibu, kedua
Putra dan keluarga serta rombongan sebanyak 27 orang yang mau berkunjung ke
Vatikan. Sekaligus Pak Dubes meminta saya menjadi Guide untuk Pak SBY dan
rombongan. Saya menyanggupinya. Segera semua prosedur permohonan tulisan dibuat
berserta lobby lisan di Vatikan sehingga dalam waktu relatif singkat semua
beres.
Tadi sore,
menjelang jam 16.00 Pak SBY dan Ibu Ani serta rombongan, dengan menggunakan 4
mobil Mini-Van hitam berkonvoi menuju Vatikan. Pak Dubes Agus yang didampingi
oleh Istri dan Pak Wandry dari departemen Komsos bersama saya menerima
rombongan di pintu masuk lalu beriringan memasuki Vatikan mengikuti mobil KBRI
Vatikan yang dikemudi Pak Kahono, hingga ke Porta della Preghiera, pintu khusus
Basilika Santo Petrus yang berpapasan dengan rumah tempat tinggal Paus, Domus
Santa Marta. Kami turun dan saling bersalaman. Mereka semua sangat berantusias,
terutama Pak SBY, Ibu Ani dan kedua putera mereka, Mas Agus dan Mas Baskoro
bersama keluarga.
Saya memulai guide
dengan memperkenalkan diri, dibantu oleh Pak Dubes, kalau saya juga orang
Indonesia dan bertugas di Vatikan sejak 10 tahun pada "Dewan Kepausan
seperti sebuah Kementrian Dialog Lintas Agama", kelahiran Flores, NTT.
Serta merta Pak SBY dan Ibu Ani menyela, kalau mereka pernah ke Manggarai dan
Labuan Bajo. Saya ucapkan terima kasih dan menambah kalau saya berasal dari
ujung timur Flores, Larantuka.
Masuk ke dalam
Basilika, Pak SBY dan Ibu Ani bersama rombongan berkali-kali mengungkapkan
kekaguman yang luar biasa. Ibu Ani, sementara mendengar semua penjelasan saya,
sangat gesit memotret. Pak SBY selalu berjalan di samping saya, kadang memegang
tangan saya kalau mau mengungkapkan sesuatu. Saya menjelaskan kepada mereka,
apa itu Vatikan dan segala yang penting di dalam Basilika. Kami bersyukur bisa
masuk ke dalam wilayah terpagar karena Kepala sekuriti Basilika, sahabat dekat
saya, sudah berkoordinasi dengan semua pegawainya untuk membuka semua blokiran.
Kami bergerak ke
Kuburan Santo Petrus dan wilayah Confessione, altar utama, saya menjelaskan
tentang kuburan Santo Petrus di bawah Altar itu, tentang peranan Santo Petrus,
Baldchin Bernini, Cupola Michelangelo, lalu ke tempat pengkuan dosa di Navata
kanan. Mereka sangat kagum ketika saya bercerita bahwa kadang-kadang Paus juga
datang mengaku dosa di sini. Ibu Ani bertanya, kalau di situ ada juga pelayanan
pengakuan dosa dalam bahasa Indonesia.. Saya tersenyum dan mengatakan: Belum
ada secara resmi, tetapi kadang-kadang ada. Dan kalau dibutuhkan, saya juga
bersedia. Pak SBY ketawa dan menepuk bahu saya.
Kami berputar
bersama segenap rombongan ke makam Paus Pembaharu, Paus dell'Aggiornamento, Paus
Johannes ke-23, Paus Konsili Vatikan II. Saya menjelaskan apa itu Konsili, apa
itu reliqui, apa itu pembaharuan dalam Gereja Katolik termasuk tentang
keterbukaan Gereja Katolik terhadap umat beragama lain, memajukan saling
menghormati dan saling memahami dalam perbedaan demi perdamaian dan
keharmonisan.
Kami berjalan lagi
menuju Kapela Santissimo Sacramento, Kapela tempat Pentakhtaan Sakramen Maha
Kudus. Saya menjelaskan betapa pentingnya Kapela itu tempat orang berdoa dan
mencari keheningan. Bahwa dari sekian ratus ribu orang yang masuk per-hari ke
Basilika kepausan ini, ada banyak juga di antara mereka yang mencari sudut
hening, karena Gereja adalah tempat berdoa.
Kami masuk
bersama-sama ke Kapela Sebastiano tempat dimakamkan Paus Johannes Paulus II.
Oleh karena pihak sekuriti selalu membuka jalan dan meminggirkan para turis dan
peziarah lain, kami dengan mudah bisa berkumpul di depan Makam Paus Johannes
Paulus II, Paus yang sangat simpatik itu dan dicintai seluruh dunia. Pak SBY
dan Ibu Ani juga ingat baik, siapa Paus Johannes Paulus II dari Polandia itu,
Dari sana kami
beralih ke PIETA, master piece dari Michelangelo. Pak SBY dan Ibu bersama
rombongan sangat terkesan dengan nilai-nilai universal dari pahatan yang khas
Kristiani itu karena menampilkan Bunda Maria yang sedang memangku jasad Yesus
yang sudah meninggal. Di situ ibu Ani bertanya kepada saya: Romo, Yesus
meninggal pada umur berapa? Begitu saya mau jawab, putra beliau, Pak Agus,
calon Gubernur Jakarta itu, langsung menjawab dengan benar: 33 tahun. Wah..
saya langsung mengucapkan selamat kepada Pak Agus. Semua senyum dan ketawa.
Di depan Pieta,
tiba-tiba sekelompok Suster Indonesia dari NTT terkejut melihat Pak SBY. Mereka
sangat gembira berjabatan tangan dan sekalian foto bersama Pak SBY dan Ibu. Pak
SBY berpesan kepada mereka untuk tetap semangat, sehat selalu dan berkarya demi
kebahagiaan banyak orang.
Dari sana kami ke
ruang tengah Basilika, mengambil beberapa foto bersama. Saat itu pihak sekuriti
Vatikan datang menyampaikan kepada saya, kalau mereka sudah berkoordinasi
dengan sekuriti Lapangan Santo Petrus bahwa semua siaga menjaga kalau kami
keluar menuju Lapangan Santo Petrus. Ketika keluar, mobil polisi Vatikan
terlihat sudah berjaga, beberapa lagi berkeliaran memantau di antara khalayak.
Kami keluar menuju
Lapangan Santo Petrus. Di bawah patung Santo Petrus kami berdiri, saya
menjelaskan tentang Istana Kepausan, Lapangan Santo Petrus dan Balkon tempat
penampakan Paus terpilih serta Berkat Urbi et Orbi. Pak Agus ingin melihat dari
mana Asap keluar kalau ada pemilihan Paus. Saya mengundang mereka ke Lapangan
Santo Petrus supaya bisa melihat bubungan Kapel Sistina tempat asap keluar. Di
sana saya menjelaskan kepada mereka tentang Konklav dan tentang Obelisk yang
menjulang di tengah Lapangan.
Cuaca panas. Kami
tutup dengan foto-foto lalu bergerak menuju kendaraan-kendaraan yang sedang
siap di depan Sant'Ufficio, samping Lapangan Santo Petrus.
Dalam perjalanan
pulang, Pak Dubes Agus Sriyono dan saya mengucapkan terima kasih kepada Pak SBY
dan Ibu yang sudah mengambil waktu untuk mampir ke Vatikan dan mengenal Vatikan
dari dalam. Pak SBY dan Ibu langsung menjawab: Sebaliknya kamilah yang sangat
berterima kasih sudah diterima dan dihantar dengan begitu baik dan dengan
penjelasan yang sangat baik pula. Mereka nampak puas.
Di depan
mobil-mobil, Pak SBY kembali memanggil saya: Romo, banyak terima kasih, memegang
tangan saya erat-erat. Mengulangi apa yang sudah beliau katakan dua kali dalam
perjalanan di dalam Basilika: Romo, mari kita bekerjasama untuk kemuliaan Tuhan
dan kesejahteraan seluruh umat manusia.. Hal itu beliau sudah singgung di dalam
Basilika ketika saya bercerita sepintas tentang Konvensi Diaspora di Jakarta
baru-baru ini, dan salah satu tema-nya adalah toleransi, perdamaian dan
kerukunan hidup di Indonesia.
Pak SBY dan Ibu
berjalan menuju mobil. Tiba-tiba Pak Agus dan Istri datang mendekat meminta
foto bersama. Setelah bertiga, Pak Agus ingin foto berdua saja. Dan setelah itu
datanglah Pak Baskoro bersama Istri dan anak untuk potret bareng.
Sebuah pertemuan
yang sangat menggembirakan, terjadi dalam iklim persahabatan dan persaudaraan
yang luar biasa. Terasa begitu akrab sebagai putra-putri sebangsa dan setanah
air.
Di saat seperti
ini, di mana negara kita butuhkan banyak semangat persaudaraan, pertemanan dan
pengampunan, kita membuka hati dan pikiran serta kedua tangan selebar-lebarnya
untuk menerima dan merangkul semua yang berkehendak baik untuk bekerjasama
memajukan dan mensejahterakan bangsa kita tercinta, rumah kita bersama, NKRI
yang ber-Bhineka Tunggal Ika, kebanggaan dan brandmark kita. Mohon dijaga
kesantunan dalam berkomentar. Salam...
Pastor Dr Markus
Solo Kewuta SVD
Penasihat Paus untuk Dialog Antar Umat
Beragama atau
Pontifical Council for Interreligious
Dialoque/ PCID
Ket foto: Pastor
Markus berfoto bersama SBY dan Ibu Ani Yudhoyono, Dubes RI Antonius Agus Sriyono dan Ibu Astuti Retno Widiati Sriyono di Vatikan (1).
Foto bareng putra SBY Agus Harimurti Yudhoyono dan istrinya, Anisa Pohan (2).
Bersama Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan istrinya, Aliya Radjasa (3).
Bareng SBY dan Dubes RI untuk Taktha Suci Vatikan Agus Sriyono (4).
Foto-foto: dok. Pastor Markus
Foto bareng putra SBY Agus Harimurti Yudhoyono dan istrinya, Anisa Pohan (2).
Bersama Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan istrinya, Aliya Radjasa (3).
Bareng SBY dan Dubes RI untuk Taktha Suci Vatikan Agus Sriyono (4).
Foto-foto: dok. Pastor Markus
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!