KETUA Harian Partai Golkar Nurdin Halid
mengatakan partainya harus segera menggelar musyawarah nasional luar biasa
(munaslub) untuk mengganti Setya Novanto. Sebab, elektabilitas Partai Golkar
tergerus hingga di angka 10,9 persen, menurut survei yang dilakukan Poltracking
Indonesia.
"Tidak ada
pilihan, Partai Golkar harus melakukan konsolidasi organisasi. Artinya harus
munaslub dan melahirkan pemimpin baru,” kata Nurdin seusai acara rilis survei
Poltracking Indonesia di Hotel Sari Pan Pacific, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta
Pusat, Ahad, 26 November 2017.
Berdasarkan survei
Poltracking, elektabilitas Golkar menempati posisi ketiga di bawah Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra. Kedua partai itu
masing-masing memperoleh angka 23,4 persen dan 13,6 persen. Padahal, pada
pemilihan umum legislatif 2014, Golkar berada di posisi kedua di bawah PDIP
dengan perolehan suara 14,75 persen.
Survei Poltracking
dilaksanakan pada 8-15 November 2017 di 34 provinsi di Indonesia. Survei
melibatkan 2.400 responden dengan metode multistage random sampling dan margin
of error plus-minus 2 persen.
Nurdin mengatakan
angka tersebut tidak mengagetkan. Dia menyadari saat ini Golkar mengalami
penurunan elektabilitas. Ini terkait dengan status Ketua Umum Partai Golkar
Setya Novanto yang menjadi tersangka kasus korupsi e-KTP yang ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Namun, menurut
Nurdin, elektabilitas Golkar akan naik jika partai berlambang pohon beringin
tersebut telah melakukan konsolidasi nasional dengan menggelar munaslub dan
memilih pemimpin baru. "Ketika keluar dari badai, insya Allah Partai
Golkar akan bisa meningkat," ujarnya.
Sumber: Tempo.co, 26 November 2017
Ket
foto: Nurdin Halid dan Setya Novanto
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!